Diberdayakan oleh Blogger.

Catatan Perjalanan Singkat


Sebagaimana kita tahu, NIP (Nomor Induk Pegawai) dimiliki oleh setiap Pegawai Negeri Sipil/ ASN. NIP berisi serangkaian angka yang menunjukkan waktu kelahiran, waktu diangkatnya sebagai ASN, jenis kelamin, dan juga nomor pelengkap lainnya. 

Sesuatu yang belum dimiliki biasanya menjadi keinginan oleh yang bersangkutan. Begitu juga dengan NIP ini. Para guru kontrak, guru honorer, dan juga GTY, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta juga menginginkan hal tersebut. Hal ini berkaitan dengan kompensasi dan fasilitas yang berhak diterima oleh pemilik NIP atas tugas mengajarnya di sekolah. Berbagai macam kompensasi dan fasilitas tersebut dapat digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. 

Oleh karena itu berbagai macam ikhtiar diupayakan seperti mengajar dengan baik, kuliah S1-S2, mencari linearitas ijazah, dan yang paling mudah dan sederhana adalah dengan berdoa kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Alhamdulillah, kini Allah menjawab doa mereka. Allah menyampaikan berita gembira pada para GTY/ PTY di DIY. Allah memberikan NIP kepada mereka. NIP disini adalah Narimo Ing Pandum. Hal ini jauh lebih berharga dari berbagai NIP yang ada di dunia ini. Karena Allah sendiri yang berjanji "siapa yang bersyukur, menerima dengan rela atas apa yang Kuberikan padanya, pasti Aku menambah dan menambah lagi nikmat kepadanya".

Nah, inilah hal yang perlu kita renungkan dan kita realisasikan. Kalau janji manusia sangat bisa bersifat PHP, tetapi Allah adalah Sang Pemberi Harapan Pasti.

Tetap semangat teman-teman GTY/PTY, honorer, dan semuanya. Mari saling membantu dan share informasi bermanfaat. Semoga Allah semakin memperbaiki kita dan menjadikan kita orang yang pandai bersyukur.

Salam,
Agus Tri Yuniawan

Sumber Gambar: kepeg.ar-raniry[dot]ac[dot]id
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Teman-teman, kita semua tahu bahwa tidak ada yang berhak kita mintai segala sesuatu kecuali hanya Allah saja. Namun ada kalanya dalam meminta, ada yang mengesampingkan adab-adab dalam meminta. Salah satu adab tersebut adalah tidak memaksa dan mengatur Allah.

Untuk memperjelas hal ini, kami sajikan satu contoh nyata yang pernah terjadi. Pernah ada teman kami yang berdoa minta diberikan pasangan hidup. Dia mengatakan "Ya Allah berikan aku istri yang pinter bahasa Inggris, kurus, tinggi, langsing, dan berjilbab." Sudah, doanya berhenti disitu, titik, tak ada kalimat lagi selanjutnya.

Kenapa kok bisa tahu teman kami tersebut berdoa seperti itu? Karena doanya tersebut ia tulis di Facebook dan bisa disaksikan siapa saja yang berteman dengannya. 

Singkat cerita, akhirnya ia pun menikah. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa Allah menakdirkan ia menikah dengan seseorang yang tidak begitu tinggi dan juga tidak begitu langsing. Ia pun juga kurang pandai dalam berbahasa Inggris. Tetapi poin terakhir adalah dia berjilbab.

Contoh yang kami ambil ini bukan untuk menjustifikasi siapapun, karena memang kami tidak menampilkan identitas dalam tulisan ini. Hanya saja bahwa 'hikmah' memang selalu dapat kita ambil dari siapapun dan dari manapun sesuai pemahaman kita. 

Sesuai dengan adab dalam berdoa, yaitu tidak memaksa dan tidak mengatur Allah, maka sesuai contoh tersebut, doa yang benar adalah "Allah, aku memohon kepadamu istri yang pinter bahasa Inggris, kurus, tinggi, langsing, dan berjilbab. Namun aku percaya sepenuhnya padaMu Allah. Engkaulah Sang 'Aliim, Yang Maha Mengetahui setiap apa yang aku butuhkan. Aku puas dengan setiap ketentuanMu". Cieee  Nggak pake 'ciee', tetapi 'Aamiin'.

Nah, jika redaksi doanya demikian, maka ia pun sudah menggunakan segenap kemampuan yang diberikan oleh Allah dalam rangka ikhtiar kepadaNya. Ini merupakan wujud syukur yakni dengan memanfaatkan potensi dalam diri. Namun demikian, ia pun tidak lupa dengan asal muasal keberadaan dirinya di alam ini. Oleh karena itu ia memasrahkan keputusannya kepada pemilik takdir.

Maka jika kita berfikir sejenak, jika seorang hamba berdoa dengan mengatur Allah, barangkali secara imajiner Allah berkata "Aku ini adalah Allah Yang Mahamengatur. Maka Akulah yang mengatur hambaku, bukan sebaliknya. Hambaku, Aku tahu engkau tidak bermaksud mengaturku, dan Aku pun tak dapat diatur oleh siapapun. Aku berkehendak melakukan apapun yang Kumau, dan Aku menghendaki kebaikan pada dirimu".

Hal menariknya adalah, ketika hal ini dilakukan, maka apapun nanti hasilnya menjadikan orang tersebut tidak terlalu lama kaget, tidak kecewa, tidak mencela keadaan. Ia akan tetap tenang dengan pemberian Allah. Sekalipun memang pada awalnya agak kurang menerima, tetapi hal ini tidak akan berlangsung lama. Ia pun bersabar. Andaikata Allah memberi sesuai permintaannya, atau bahkan yang lebih baik, maka hal ini menjadikannya bersyukur dan tidak terlena dengan semua pemberian. Maka semua hal tersebut selalu nampak baik. Ia pun menjadi mukmin yang menerapkan keimanannya.

Akhirnya, tulisan ini mengajak kepada penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya, mari meminta kepada Allah dengan ikhlas, tanpa menyuruh dan mengatur Allah. Kita sampaikan permintaan kita, selanjutnya kita serahkan semuanya padaNya. Semoga kita termasuk golongan orang-orang mengenal Allah dan selalu mendapatkan kasih sayangNya. Aamiin.

Salam,
Agus Tri Yuniawan

Sumber Gambar: kaskus
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Dulu aku mengira bahwa puasa Ramadhan itu ya poso mbedug/ setengah hari, atau poso ngasar/ sampe ashar, atau poso manuk/ kalau ada burung berkicau maka boleh berbuka, atau poso sapi/ kalau ada sapi melenguh maka boleh makan, dll. Ternyata yang benar puasa Ramadhan itu ya dari imsak sampe maghrib adanya.

Dulu setiap diminta menggambar pemandangan, aku selalu menggambar dua buah gunung dengan matahari terbit di antara keduanya, lalu ada sawahnya, dan ada jalan lurus menuju gunung, dan seterusnya. Namun ternyata keluarga yang rukun, anak-anak yang manut, orangtua yang pengertian, masyarakat yang guyup, itu juga merupakan pemandangan yang indah dipandang mata.

Dulu pun aku mengira bahwa sepeda motor bisa melaju karena daya dorong dari knalpot dibelakangnya. Aku membayangkan asap yang keluar dari knalpot layaknya roket yang mendorong pesawat ulang alik melesat ke angkasa. Namun ternyata knalpot itu sekedar untuk membuang gas sisa hasil pembakaran di dalam mesin saja.

Maka disini aku mengerti, bahwa hidup ini merupakan proses pembelajaran yang tiada henti. Tidak ada orang yang mengklaim bahwa dirinya paling pintar dan paling benar di dunia. Karena semua adalah insan pembelajar abadi.

Jadi ketika aku telah menemukan suatu nilai dalam hidup, kemudian ada saudaraku yang menjalani proses yang kurang pas, maka tak layak... sangat tidak layak, jika aku bertingkah bak koboi, lalu menembaknya begitu saja atas apa yang ia jalani. "Dor...dor...dor..., kamu salah, kamu sesat, kamu celaka", astaghfirullah...

Maka yang kulakukan adalah mengambil cermin dan berkata padanya, "hei, kau itu kenapa? bukankah kamu dulu juga begitu?", "hei, kamu itu masih TK, sikapmu kecut membuat cemberut, sedangkan diluar sana banyak sarjana yang membuat banyak orang tertawa, ambil buku dan belajar lagi sana!", "hei, kamu mencaci HP barumu tidak berguna, kamu mengeluh kartu im3, mentari, three, bahkan simpati busuk sinyalnya, padahal HP itu CDMA."

Akhirnya aku pun mengerti, manusia menjadi mulia karena mempunyai nalar dan rasa. Dan puncak dari pengalaman belajar adalah cinta. 

Cinta, menebarkan selamat di sekitarnya, terus memberi walau tak dilihat mata, sekalipun hanya sebatas doa. Itulah puzzle yang terus disusun hingga mendekati sempurna.

Wahai jiwa, kepingan-kepingan puzzle itu pasti sulit kau temukan, banyak rintangan bahkan kegagalan, kecuali dengan pertolongan Ar-Rahman. 

Tidurlah, istirahatkan dirimu, agar siap belajar lagi. Semoga Illahi Rabbi masih memberikanmu kesempatan, menghirup segarnya udara esok pagi.

Klaten, 15 Juni 2018

Salam,
Agus Tri Yuniawan

Sumber Gambar: mewarnaigambar[dot]online
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Manusia sebagai khalifah di bumi tentu mempunyai pengalaman tersendiri dalam berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi tersebut bisa berupa interaksi orangtua dengan anaknya, suami dengan isterinya, ketua dengan anggota organisasinya, ustadz dengan jamaahnya, dan lain sebagainya.

Seberapa bagus pun interaksi yang terjadi, potensi terjadinya masalah pasti ada, baik besar maupun kecil. Hal ini merupakan keniscayaan selama manusia masih hidup. Manusia yang masih hidup mempunyai _karep_/keinginan. Hal tersebut satu sama lain sangat mungkin berbeda. 

Seorang ibu menginginkan anaknya bangun sahur jam 3.30, tetapi anaknya tersebut masih ingin tidur, maka ini menjadi masalah karena keinginan ibu berbeda dengan kenyataan yang ada.

Secara alami, manusia tidak menyukai masalah. Dengan demikian, ketika menemuinya, responnya pun berbeda-beda. Semua itu tergantung kondisi hati masing-masing. Sebagaimana kita tahu, hati merupakan sumber dari semua rasa. Puas, kecewa, marah, bahagia, qonaah, benci, cinta, semua ada disana. 

Maka siapapun kita, entah sebagai orangtua, anak, ketua organisasi, guru, dosen, pimpinan, ketua RT, akan sangat baik kalau kita selalu meng-upgrade kemampuan pengelolaan rasa itu. Sebagaimana judul tulisan ini, khususnya tentang benci, sebagai orangtua misalnya, ketika orangtua memerintahkan anak untuk nyapu halaman, ternyata setiap kali ia nyapu hasilnya belepotan. Disana bersih, dibagian sini masih kotor. Tak perlu orangtua membenci anaknya, dan kami kira tak ada orangtua yang membenci anaknya. Sudah mau nyapu itu pun sudah sangat bagus.

Lagi, sebagai pimpinan misalnya. Ketika memberi tugas kepada anggotanya, maka jika tugas tidak tertuntaskan dengan baik, ya tidak perlu sampai membenci, wong ya kemampuannya baru sampai segitu. Ibarat kata " _bocah kemampuane tekane lagi sakmono, mosok yo arep di pekso?_", kan begitu.

Lalu, apa sih indikator/tanda-tanda membenci itu? Diantaranya adalah dada terasa sempit, pikiran tidak dapat berfikir secara obyektif, membuat tidak nyenyak tidur serta tidak enak makan, beda-beda tipis lah sama jatuh cinta, wkwk, intinya tidak nyaman. Energi dan pikiran yang terkuras pun lebih besar. 

Maka dari beberapa permisalan tersebut, baik dirumah, di masyarakat, dalam organisasi, dalam instansi, dll. Sangat tidak seimbang jika sampai membenci. Apalagi sampai tahap membenci layaknya kepada pelaku kejahatan/ kriminal. Energi, waktu, dan pikiran yang dikeluarkan sangat tidak sepadan dengan yang didapatkan. 

Dari tulisan yang panjang (menurut ukuran whatsapp) ini, apa sih tujuannya?

Akhirnya, tujuan dari tulisan ini adalah ajakan untuk saling memaafkan, saling memberikan toleransi, menjadi umat pertengahan. 

Sebagaimana momen idul Fitri kali ini, pasti aktifitas memberi dan meminta maaf ada disekitar kita. Cek saja, sudah berapa pesan whatsapp yang masuk? Apalagi yang copy-kirim-copy-forward. Maka, turun naiknya kondisi hati merupakan dinamika yang pasti. Dengannya itu sangat memungkinkan timbulnya kerenggangan dalam kehidupan.

Untuk itulah tulisan ini dibuat, untuk memperluas cara pandang kita, bahwa yang sempurna tetaplah Allah Subhanahu Wata'ala. 

Kami minta maaf atas kesalahan dan kekurangan kami pada panjenengan. Maaf juga atas kekecewaan yang mungkin terjadi akibat kami. Semoga Allah mengampuni dirimu, diriku, dan memperbaiki keadaan panjenengan.

Taqabbalallahu minna waminkum

SELAMAT IDUL FITRI 1439H/ 2018M.

Salam,
Agus Tri Yuniawan


Sumber Gambar: whisper[dot]com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Teman-teman, ketika membaca judul tersebut, apa yang teman-teman pikirkan?

Baik, mungkin ada bermacam-macam gambaran yang terpikirkan, tetapi topik yang hendak kami sampaikan melalui tulisan ini adalah tentang hakikat kehidupan.

Kadang kita mendengar berita duka, "Telah meninggal dunia bapak Fulan bin Fulan ......". Disebut meninggal dunia karena disini hanyalah tempat singgah dan suatu saat pasti kita akan mudik ke tempat asal. Sebagaimana kita semua tahu, bahwa mudik itu membutuhkan bekal. Dunia ini adalah tempat untuk mencukupkan bekal perjalanan kesana.

Memang apa tujuan kita membahas soal ini? Perlukah?

Teman-teman, saat ini kita hidup di zaman materialistis. Dimana sekat-sekat kehidupan nampak blur sehingga ukuran baik-buruk, mulia-hina, dll seringkali diukur dengan seberapa materi yang dimiliki seseorang. Kita tidak heran dengan situasi yang demikian, karena munculnya sudut pandang materi ini telah dimulai sejak orangtua memberikan pendidikan pada anaknya.

Ketika orangtua hendak menyekolahkan anak-anaknya, sebagian dari mereka mempunyai niat agar nantinya anak-anak dapat memperoleh pekerjaan yang baik, yang penghasilannya mampu memenuhi kebutuhan hidup, akhirnya dapat hidup mapan dan bahagia. 

Niat tersebut tidak salah, hanya saja terdapat satu hal esensi/ pokok yang terlewatkan, yaitu tentang tujuan hidup sebenarnya. Baik, kami sajikan ilustrasi kisah nyata yang dialami oleh beberapa teman.

Teman kami mempunyai anak-anak bisa dikatakan sukses. Diantara mereka ada yang menjadi polisi, pengusaha, ASN/ PNS, dll. Intinya dalam hal keuangan sudah cukup bahkan berlebih. Namun dari diskusi kami, ternyata teman kami tersebut merasa "cemburu" melihat orang lain yang mempunyai anak yang gemati dengan orangtuanya, selalu ada waktu menemani, dan menjadi teman cerita yang baik, meskipun secara keuangan tidak sesukses anak teman kami tadi.


Dari ilustrasi tersebut dapat kita ambil hikmah, bahwa materi itu memang diperlukan untuk menunjang kehidupan dunia, tetapi materi tidak dapat menggantikan gemati-nya anak terhadap orangtua, perasaan nyaman, perhatian, dllsb. Justru hal-hal seperti ridhonya orangtua, doa, ketenangan-ketenteraman-kasih sayang (sakinah-mawadah-warahmah, sebagaimana doa yang diberikan pada pengantin), hal itu adalah esensi yang dapat dijadikan sarana menggapai bekal untuk pulang nantinya.


Mengapa kesadaran kita belum begitu memperhatikan hal ini?



Pertama, karena kita masih muda. Kita masih menganggap bahwa materi itu 'seksi'. Semakin banyak materi, semakin turah, maka semakin mantab dan menaikkan prestis dan kepercayaan diri. Kedua, secara fisiologis otak kita juga masih sangat aktif dan semangat untuk mewujudkan cita-cita yang ada. Hal ini merupakan sunatullah, wajar adanya, karena desain yang diberikan Allah atas diri kita memang demikian. 

Maka tulisan ini tidak bermaksud "nggembosi" teman-teman yang saat ini sedang semangat menggapai asa, tetapi untuk membukakan wawasan kembali tentang bekal sesungguhnya yang akan kita bawa kelak. Mari belajar, mari bekerja, tetapi jangan lupa bahwa tujuan utama kita diciptakan di dunia ini adalah untuk beribadah. Maka shalat adalah ibadah, bekerja yang jujur adalah ibadah, berbakti pada orangtua adalah ibadah, menjaga kerukunan juga adalah ibadah. Saya, njenengan, dan kita semua bukanlah penduduk asli disini, suatu saat pasti mudik, pulang. Bekal yang dibawa ketika mudik dikumpulkan di dunia ini menurut petunjuk dan rambu-rambu yang benar. 

Secara subyektif manusia mampu menilai baik atau buruk, benar atau salah, layak atau tidak layak, mulia atau terhina, tetapi secara obyektif kita semua telah diberikan rambu-rambu oleh Allah melalui agama yang mulia ini.

Selamat menjalankan ibadah puasa teman-teman. Sampai berjumpa lagi saat kita mudik nanti, di kampung halaman tempat pendahulu kita, Nabi Adam 'alaihissalam diciptakan, yaitu di surga yang kekal abadi. Aamiin.

Salam,
Agus Tri Yuniawan 


Sumber Gambar: cahunnes[dot]com

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Jika teman-teman ingin i'tikaf, bahkan ingin banget, tetapi entah bagaimana  rasanya masih berat, masih sulit i'tikaf, maka solusinya adalah "BANTULAH SAUDARAMU, BANTULAH KEREPOTANNYA SELAMA SEHARI", Ketuk pintu saudaramu, pakdhe, budhe, simbah, paklik, sedulurmu, koncomu, sampaikan: "sampeyan punya kerepotan apa hari ini?, saya bantu., hari ini mau bepergian kemana? saya anterin."

ini lebih baik bagimu daripada i'tikaf 1 bulan.

Rasulullah SAW pernah berkata: "Aku membantu saudaraku selama 1 hari, lebih aku cintai daripada aku i'tikaf di masjidku selama 1 bulan".

Kadang-kadang kita perhatikan sholat sunah kita, puasa sunnah kita, tetapi tidak pernah berfikir manfaat kita kepada saudara kita.

Nah, ini kadang-kadang kita nggak ngerti. Maka kita selalu meminta hidayah pada Allah, agar kembali dibukakan, dibukakan, sekalipun sampeyan, saya, sudah sering mendengar ceramah, sering ngaji, sering cari ilmu, sering menerima broadcast hikmah via BBM, WA, dll. Supaya Allah semakin menyempurnakan kehidupan sampeyan dan kita semua ketika mengamalkan ilmu-ilmu tsb.


Salam,

Agus Tri Yuniawan


Sumber Gambar: radardepok[dot]com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Dalam kehidupan kita dihadapkan dua hal, yaitu antara hal-hal yang kita sukai dan hal-hal yang tidak kita sukai. Suka adalah ketika kita merasa nyaman dengan hal tersebut, dan sebaliknya tidak suka adalah hal-hal yang membuat hati kita tidak nyaman, apapun itu, kegiatan, situasi, seseorang tertentu, dll.

Namun adakalanya dua hal tersebut (suka dan tidak suka) terjadi perubahan intensitas seiring berjalannya waktu. Hal-hal yang tidak kita sukai, bisa saja terasa biasa pada saat-saat tertentu, begitu juga hal-hal yang sangat kita sukai bisa menjadi terasa biasa saja pada saat tertentu pula, atau bahkan bisa juga kedua hal tersebut berubah 180^. Tadinya tidak suka menjadi suka dan begitu pula sebaliknya.

Itulah mengapa hati disebut juga "qalb", yang artinya sesuatu yang sangat mudah berbolak-balik. Begitu pun ada orang berkata bahwa batas antara suka dengan tidak suka hanyalah setebal kulit ari.

Jadi, bagaimana?

Kembalikan pada nasehat yang mulia ini, "Janganlah engkau mencintai sesuatu dengan amat sangat cinta, karena suatu saat engkau akan membencinya. Dan jangan pula engkau membenci sesuatu dengan amat sangat benci, karena bisa jadi suatu saat engkau akan mencintainya"

Dan juga, terhadap sesuatu yang tidak kamu sukai, maka jagalah lisanmu dari mencela, mencerca, membully, dan apapun itu yang menunjukkan ketidaksukaanmu padanya. Karena pertama, engkau akan diingat oleh orang sebagai orang yang membenci. Kedua, jika Allah berkehendak, maka keadaan justeru bisa berbalik padamu. Berapa banyak orang yang dulu membenci seseorang, kini justeru menjadi pasangan? Tidak cukupkah pengalaman seseorang ketika ia dulu banyak menunjukkan ketidaksukaan terhadap kelompok tertentu, tetapi pada akhirnya orang itu masuk dalam kelompok tersebut? Kurang banyakkah contoh orang-orang yang awalnya suka mengumumkan ketidaksukaannya akan kondisi saudaranya, tetapi justeru kini ia mengalami sebagaimana yang dialami saudaranya itu, yang dalam istilah orang tua kita disebut 'numusi'?

Maka hal yang semoga menjadi jalan selamat adalah menjaga lisan, menjaga jari, menjaga tulisan. Ketika kita tidak menyukai sesuatu, diam adalah pintu selamat yang pertama, dan jika hal tersebut memang perlu untuk disampaikan, carilah situasi yang tepat.

Sudah, mau nulis itu saja mengawali pekan ini. Yang tertulis tersebut adalah hal-hal yang bersifat umum. Adapun hal-hal yang bersifat khusus, maka Allah telah menganugerahkan perangkat yang canggih dalam hatimu yang bernama 'fuad'. Ia adalah hati yang lebih dalam, yang mampu membedakan antara salah dan benar.

Shalat dulu teman-teman.

Salam,
Agus Tri Yuniawan

Sumber gambar: Berita Tribun
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Bismillah. Kutulis lagi, bahwa permasalahan utama tentang cinta ada empat:

  1. Mabuk cinta
  2. Lelaki yang kebingungan mencari cinta
  3. Wanita yang cemas menunggu cinta
  4. Saling mencinta tetapi belum mampu menikah
(sumber buku: Terlanjur Cinta karya Raehanul Bahraen, UGM)

Udah itu saja. 

Jadi, untuk sahabatku, adikku, kakakku, dan semua teman-teman, menikah itu suatu kebutuhan, dan kebutuhan itu pasti tercukupi. Kuulangi, kebutuhan itu pasti tercukupi. Jadi, tidak perlu menggalaukan diri dengan sesuatu yang pasti. Galaulah jika nilai IP-mu agak menurun, galaulah ketika ketinggalan shalat berjamaah, galaulah saat melihat orangtuamu sedih, dan galaulah juga ketika kuota internetmu habis, wkwkwk

Juga udah nggak jamannya lagi membully sahabatmu yang masih single. Karena ketika bullyan itu itu terjadi, responnya akan bermacam-macam. Bisa sedih, bisa galau, bisa biasa aja, bahkan bisa ngedropin semangat. Jadi sedih juga kan kalau sahabat kita sedih? 

So, yuk lakukan hal yang konstruktif. Ajak bercanda, tepuk pundaknya dan katakan "Bro, gimana nih aku bisa bantu apa? Sis, kubaca statusmu kok boring begitu, apa yang bisa kubantu?, Kang, besok kalau akang mau nikah, undangannya aku yang bikin, ku desainin, gratiss" de el el. Wow, jadi semangat lagi, jadi seneng, naik lagi grafik harapannya. Keren kan. Memasukkan kebahagiaan kedalam hati orang mukmin itu berpahala loh.

Udah, mau nulis itu aja. Buat adik-adikku, mumpung libur, yuk bantu-bantu orangtua, masak, nyapu, nyuci baju kalian sendiri, bersih-bersih, baca buku, nyetrika, wesss apapun yang kalian bisa deh, haha...

Salam,
Agus Tri Yuniawan

Sumber Gambar: BoomSumo[dot]com
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ada diantara manusia begitu gigih membantu orang lain, tetapi ia mengesampingkan kebutuhan dirinya sendiri. Banyak orang mendapatkan manfaat darinya, tetapi dirinya sendiri menyembunyikan kekurangan akibat tidak sempat memikirkan kebaikan dirinya. Maka diibaratkan ia layaknya lilin yang menerangi sekitar, tetapi ia membakar dirinya sendiri hingga habis tak tersisa.

Mengapa judul tulisan ini lilin dan do'a? bukan lilin dan lampu, atau lilin dan senter misalnya? Mengapa disandingkan dengan do'a? 

Baik, mari kita ulas. Seseorang yang bisa membantu orang lain dengan do'a, maka sungguh dia telah memelihara kehidupan dengan baik. Seseorang yang tulus mendoakan saudaranya, bahkan tanpa sepengetahuannya, maka tidak ada sedikit pun kerugian yang didapatkan olehnya. Tidak ada bagian yang berkurang ketika itu dilakukan. Bahkan orang yang mendoakan saudaranya, justru ia pun turut mendapatkan hal yang semisal dengan yang ia minta untuk saudaranya. Rasulullah bersabda:

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)

Ajaibnya, bantuan berupa do'a ini bisa menghilangkan kedengkian atas izin Allah. Do'a yang dipanjatkan dapat menjadikan suasana yang adem, dan salah satu tanda cinta adalah mendoakan kebaikan. Maka, jika tangan kita tak mampu membantu kerepotan orang lain, jika koin kita tak juga mampu meringankan beban saudara kita, maka yang terbaik adalah panjangkan lisan kita tuk memanjatkan do'a baginya. Hal ini sekaligus melatih pondasi sosial kita dengan baik. 

Semoga do'a yang kau mohonkan untuk saudaramu, Allah memperbaiki pula keadaanmu. Ibarat pepatah, sekali merengkuh dayung dua pulau terlampaui, meskipun dayung sudah digantikan motor sekarang.

Selamat berakhir pekan teman-teman.

Salam,
Agus Tri Yuniawan

Sumber Foto: bimakini [dot] com


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Coretan yang lalu

Tentang Saya


Agen Perubahan Informatika

Penulis juga bertugas sebagai anggota tim admin medsos:
Padukuhan Dawung
Twitter @DawungID
Instagram @padukuhandawung
FB @padukuhan.dawung

SLB Negeri 2 Yogyakarta
Twitter @SLBN2Jogja
Instagram @slbn2jogja
FB @SLBN2Jogja

About Me






Tujuan dibuat blog ini:
(1) Sebagai nasehat dari penulis untuk diri penulis sendiri, agar tidak lupa, selanjutnya publik dipersilakan mengambil jika ada manfaatnya,
(2) Sebagai media dakwah,
(3) Sebagai sarana menulis


About Me

Postingan Populer

  • Laporan Aktualisasi Latsar CPNS 2019
    Setiap kegiatan pasti ada penghujungnya. Kini tibalah saatnya kami sampai pada kegiatan penutupan pelatihan dasar CPNS 2019. Pada sesi ak...
  • Status WA Kegiatan Latsar CPNS
    Bismillah, Alhamdulillah. Semoga kalian semua dalam keadaan sehat ya, sahabatku semua. Tulisan kali ini penulis memunculkan tema tentang ...
  • Hubbul Wathan Minal Iman
    Bismillah, Alhamdulillah. Semoga kalian sehat selalu, teman-temanku. Beberapa waktu kemarin, Mas Wildan membuka blog ini, dia bilan...
  • Catatan Latsar: Hari Kedua
    Bismillah, Alhamdulillah. Hari Kedua, Latsar CPNS Gol. III Tahun 2019. Rabu, 3 Juli 2019. Kegiatan hari ini diawali dengan jogging ...
  • Catatan Latsar: Hari Pertama
    Bismillah, Alhamdulillah. Catatan kali ini dan 18 hari kedepan adalah catatan penulis selama menjalani Pendidikan dan Pelatihan Dasar (L...
  • Catatan Latsar: Hari Kedelapan (bagian 1)
    Selasa, 9 Juli 2019. Kegiatan pagi seperti biasa yakni shalat subuh berjamaah, olahraga, sarapan dan apel pagi. Selanjutnya ada tiga agen...
  • Catatan Latsar: Hari Ketiga
    Bismillah, Alhamdulillah. Hari Ketiga Latsar CPNS Gol. III Tahun 2019. Kamis, 4 Juli 2019. Seperti hari sebelumnya, setelah menjalanka...
  • Catatan Latsar: Hari Kesembilan
    Rabu, 10 Juli 2019. Yel-yel yang ditampilkan pada apel pagi ini hanya kelompok kami. hal ini karena kelompok 12 dan 13 persiapan seminar ...
  • Catatan Latsar: Hari Keenam
    Ahad, 7 Juli 2019. Setelah kegiatan temu kangen, kami berkumpul untuk melaksanakan apel. Seperti biasa kami mengatur barisan di depan Asr...

Sahabat Telah Singgah

blog counter

Blog Archive

  • ►  2020 (17)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (45)
    • ►  Desember (4)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (27)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (51)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
    • ▼  Juni (9)
      • 2018, Para GTY/PTY DIY Diberikan NIP (sebuah kabar...
      • JANGAN PERNAH MENGATUR ALLAH
      • BERGESERNYA PEMAHAMAN
      • Jangan Benci Aku Seperti Pelaku Kriminal
      • SAYA BUKAN PENDUDUK ASLI SINI
      • Panduan Bagi Teman-Teman yang Sulit I'tikaf.
      • ANTARA SUKA DAN TIDAK SUKA
      • Permasalahan Tentang Cinta
      • LILIN DAN DO'A
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2017 (22)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2016 (13)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Dibuat dengan Sepenuh Rasa