JANGAN PERNAH MENGATUR ALLAH

Teman-teman, kita semua tahu bahwa tidak ada yang berhak kita mintai segala sesuatu kecuali hanya Allah saja. Namun ada kalanya dalam meminta, ada yang mengesampingkan adab-adab dalam meminta. Salah satu adab tersebut adalah tidak memaksa dan mengatur Allah.

Untuk memperjelas hal ini, kami sajikan satu contoh nyata yang pernah terjadi. Pernah ada teman kami yang berdoa minta diberikan pasangan hidup. Dia mengatakan "Ya Allah berikan aku istri yang pinter bahasa Inggris, kurus, tinggi, langsing, dan berjilbab." Sudah, doanya berhenti disitu, titik, tak ada kalimat lagi selanjutnya.

Kenapa kok bisa tahu teman kami tersebut berdoa seperti itu? Karena doanya tersebut ia tulis di Facebook dan bisa disaksikan siapa saja yang berteman dengannya. 

Singkat cerita, akhirnya ia pun menikah. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa Allah menakdirkan ia menikah dengan seseorang yang tidak begitu tinggi dan juga tidak begitu langsing. Ia pun juga kurang pandai dalam berbahasa Inggris. Tetapi poin terakhir adalah dia berjilbab.

Contoh yang kami ambil ini bukan untuk menjustifikasi siapapun, karena memang kami tidak menampilkan identitas dalam tulisan ini. Hanya saja bahwa 'hikmah' memang selalu dapat kita ambil dari siapapun dan dari manapun sesuai pemahaman kita. 

Sesuai dengan adab dalam berdoa, yaitu tidak memaksa dan tidak mengatur Allah, maka sesuai contoh tersebut, doa yang benar adalah "Allah, aku memohon kepadamu istri yang pinter bahasa Inggris, kurus, tinggi, langsing, dan berjilbab. Namun aku percaya sepenuhnya padaMu Allah. Engkaulah Sang 'Aliim, Yang Maha Mengetahui setiap apa yang aku butuhkan. Aku puas dengan setiap ketentuanMu". Cieee  Nggak pake 'ciee', tetapi 'Aamiin'.

Nah, jika redaksi doanya demikian, maka ia pun sudah menggunakan segenap kemampuan yang diberikan oleh Allah dalam rangka ikhtiar kepada-Nya. Ini merupakan wujud syukur yakni dengan memanfaatkan potensi dalam diri. Namun demikian, ia pun tidak lupa dengan asal muasal keberadaan dirinya di alam ini. Oleh karena itu ia memasrahkan keputusannya kepada pemilik takdir.

Maka jika kita berfikir sejenak, jika seorang hamba berdoa dengan mengatur Allah, barangkali secara imajiner Allah berkata "Aku ini adalah Allah Yang Mahamengatur. Maka Akulah yang mengatur hambaku, bukan sebaliknya. Hambaku, Aku tahu engkau tidak bermaksud mengaturku, dan Aku pun tak dapat diatur oleh siapapun. Aku berkehendak melakukan apapun yang Kumau, dan Aku menghendaki kebaikan pada dirimu".

Hal menariknya adalah, ketika hal ini dilakukan, maka apapun nanti hasilnya menjadikan orang tersebut tidak terlalu lama kaget, tidak kecewa, tidak mencela keadaan. Ia akan tetap tenang dengan pemberian Allah. Sekalipun memang pada awalnya agak kurang menerima, tetapi hal ini tidak akan berlangsung lama. Ia pun bersabar. Andaikata Allah memberi sesuai permintaannya, atau bahkan yang lebih baik, maka hal ini menjadikannya bersyukur dan tidak terlena dengan semua pemberian. Maka semua hal tersebut selalu nampak baik. Ia pun menjadi mukmin yang menerapkan keimanannya.

Akhirnya, tulisan ini mengajak kepada penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya, mari meminta kepada Allah dengan ikhlas, tanpa menyuruh dan mengatur Allah. Kita sampaikan permintaan kita, selanjutnya kita serahkan semuanya padaNya. Semoga kita termasuk golongan orang-orang mengenal Allah dan selalu mendapatkan kasih sayangNya. Aamiin.

Salam,
Agus Tri Yuniawan