Halah, Semua akan "Pret" pada Waktunya, tapi...

Sobat, belakangan ini telinga kita makin akrab dengan kalimat satir: "Semua akan pret pada waktunya". Sepintas, kalimat ini terdengar seperti nyinyiran orang yang dengki melihat kebahagiaan orang lain. Namun, jika kita mau jujur, ungkapan ini tidak lahir dari ruang hampa. Ia adalah bentuk dark humor yang lahir dari kekecewaan kolektif kita terhadap kepalsuan yang berulang.

Kita hidup di zaman di mana "kemasan" seringkali jauh lebih memikat daripada isinya. Maka wajar jika publik menjadi skeptis, bahkan pesimis.

Tengok saja contoh-contoh nyata yang sering membuat kita mengelus dada. Ada tokoh yang begitu vokal dan galak menyuarakan kejujuran anti-korupsi, namun waktu kemudian membuktikan ia justru tersandung kasus maling uang rakyat. Ada pasangan yang di media sosial terlihat begitu mesra, bucin setengah mati, dan seolah tanpa cela. Namun tak lama kemudian kabar perpisahan yang menyeruak. Atau yang lebih dekat dengan keseharian kita: teman yang rajin update story liburan mewah dengan caption bijak tentang menikmati hidup, padahal di saat yang sama, ia memiliki hutang yang tak kunjung dibayar dan menghilang saat ditagih.

Dalam kasus-kasus ini, kalimat "semua akan pret pada waktunya" menemukan pembenarannya. Kata "Pret" di sini adalah bunyi retaknya topeng pencitraan saat berbenturan dengan tembok realitas. Waktu berperan sebagai hakim yang kejam bagi mereka yang tidak konsisten. Ia menguliti kepalsuan hingga yang tersisa hanya rasa malu.

Namun, apakah generalisasi itu berlaku mutlak untuk semua orang? Tunggu dulu.

Di balik riuhnya sinisme itu, kita sering lupa bahwa ada kelompok manusia yang "kebal" terhadap hukum "semua akan pret". Mereka adalah orang-orang yang memiliki satu jimat bernama: Integritas.

Mereka adalah orang-orang yang menyuarakan kejujuran bukan demi panggung, tapi karena takut pada Tuhan, dan rekam jejak hidupnya bersih dari cacat korupsi. Mereka adalah pasangan yang harmonis bukan karena tuntutan konten, melainkan karena komitmen kuat untuk saling menjaga di dunia nyata. Mereka adalah orang-orang yang menikmati indahnya alam Indonesia bukan karena gengsi, tapi karena rasa syukur yang tulus dan kesehatan keuangannya yang baik.

Bagi orang-orang berintegritas ini, waktu bukanlah musuh yang menakutkan. Sebaliknya, waktu adalah sahabat terbaik.

Jika bagi si penipu citra, waktu berfungsi untuk membongkar, maka bagi orang berintegritas, waktu berfungsi untuk membuktikan. Semakin lama waktu berjalan, semakin terlihat bahwa apa yang mereka ucapkan dan tampilkan adalah kebenaran yang solid. Tidak ada bunyi "pret" di ujung perjalanan mereka. Yang ada hanyalah rasa hormat dan kepercayaan yang semakin tebal.

Jadi, menyikapi fenomena ini sebenarnya sederhana. Kamu tidak perlu sibuk membungkam mulut orang yang berkomentar sinis. Tugas kamu hanyalah fokus membangun integritas diri.

Pastikan apa yang kamu tampilkan selaras dengan kenyataan. Jika kamu konsisten antara ucapan dan tindakan, kalimat "semua akan pret pada waktunya" hanyalah angin lalu yang akan mental dengan sendirinya saat menabrak kokohnya karaktermu.

Salam,
Agus Tri Yuniawan