Saat Akar Rumput Bicara

Di sebuah hutan belantara yang tampak damai, hiduplah dua jenis kehidupan yang saling berdampingan. Ada pohon-pohon yang menjulang tinggi ke angkasa, megah dan angkuh. Daun-daun mereka yang lebat selalu menjadi yang pertama menyapa sinar mentari. Dan jauh di bawah mereka, terhampar padang rumput yang luas dan tenang, tampak kecil dan seragam, menjaga tanah tetap gembur agar pohon-pohon itu bisa berdiri kokoh.

Keduanya seolah hidup dalam harmoni yang abadi.

Namun suatu ketika, dari daun-daun tertinggi pohon-pohon itu, mulai menetes getah yang pahit dan beracun. Getah itu bukan sekadar tetesan biasa. Ia seolah membawa sebuah pesan dingin yang meresap ke dalam tanah: "Kalian yang di bawah sana kecil dan tak berarti." Beberapa pohon bahkan dengan sengaja menjatuhkan buah-buah busuknya, tertawa saat buah itu menimpa dan melukai hamparan rumput yang selama ini menopang kehidupannya.

Getah pahit dan buah busuk itu meresap ke dalam tanah, menyebar melalui jaringan akar rumput yang tak terlihat, yang ternyata saling terhubung satu sama lain. Di bawah permukaan tanah yang tenang, terjadi sebuah komunikasi sunyi. Rasa sakit yang dirasakan satu helai rumput, ternyata dirasakan juga oleh jutaan rumput lainnya. Bisikan kekecewaan mulai menjalari seluruh padang.

Lalu, pada satu hari yang tak terduga, tanah di hutan itu mulai berguncang.

Bukan karena gempa atau badai. Guncangan itu datang dari bawah. Jutaan akar rumput yang selama ini diam, dengan kekuatan kolektifnya yang tak pernah diperhitungkan, mulai bergerak serempak. Mereka memang tak punya kekuatan untuk menebang pohon-pohon raksasa itu. Tapi mereka punya kuasa atas tanah tempat pohon-pohon itu berpijak. Guncangan itu begitu kuat, hingga akar-akar pohon yang paling angkuh pun mulai retak dan goyah. Harmoni semu di hutan itu pecah seketika.

Dan di tengah guncangan itu, kita semua diingatkan pada sebuah kebijaksanaan. Bahwa pohon setinggi apa pun akan tumbang jika ia lupa bahwa hidupnya bergantung pada tanah yang dijaga oleh akar rumput. Pohon yang bijak tidak akan pernah meracuni tanah tempatnya tumbuh.

Karena saat akar rumput sudah lelah menahan sakit dan memilih untuk bicara, suaranya bukanlah bisikan. Melainkan gemuruh yang mampu meruntuhkan pohon yang paling tinggi sekalipun.

Salam,
Agus Tri Yuniawan