Catatan Latsar: Hari Keduabelas

Sabtu, 13 Juli 2019, kami mengawali hari dengan syukur Alhamdulillah. Selanjutnya kami jogging mandiri menurut versi masing-masing. Pukul 7.00 WIB, kami sudah rapi, wangi, wajah berseri, tetapi ada satu yang perlu diatasi yaitu perut yang belum terisi. Oleh karenanya kami melangkahkan kaki ke menza untuk santap pagi.

Apel pagi terlaksana mandiri, dengan ketua kami, Mas Irkhamudin, sebagai pembina apelnya. Sebelum membubarkan diri kami sempat mengambil dokumentasi yel-yel kelompok kami, kelompok latsar angkatan 14. Insyaa Allah sebentar lagi rilis di channel youtube Irkhamudin Pandhawa.

Pukul 8.00 WIB kami masuk ke kelas. Pelajaran kali ini adalah melanjutkan sesi sebelumnya, tentang etika publik. Ibu Febriani Emilda telah siap memandu dan menemani kami belajar tentang topik ini. Pagi ini kami membagi kelompok kedalam 13 kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang. Selanjutnya kami melakukan presentasi kelompok berdasarkan isu-isu yang berkaitan dengan etika publik yang terjadi di negeri tercinta ini.

Kegiatan sesi etika publik ditutup dengan menyaksikan film pendek berdurasi 22 menit. Film ini mengisahkan tentang seorang PNS baru di lingkungan kantor kelurahan. Ada sekitar 6 PNS lainnya yang sudah senior, satu kepala desa, dan satu petugas cleaning servis. Mas Budi, PNS baru tersebut, memulai tugas pertama dengan masuk tepat waktu. Ia menyapa satu-satunya orang yang sudah ada di lokasi yaitu petugas cleaning service.

Selang berapa menit, datang 3 warga yang hendak mengurus KK. Meskipun Mas Budi bertugas di lini belakang, ia selanjutnya maju menyapa warga tersebut "selamat pagi, ada yang bisa kami bantu, Bu?", ibu-ibu tersebut tidak langsung menjawab, tetapi nampak heran dan bertanya balik "kantor kok masih sepi amat, pada kemana pegawainya?", selang beberapa saat para pegawai datang dengan tas yang masih menempel di punggung. Mereka nampak tergesa-gesa dan menyampaikan pada warga yang hendak mengurus KK tersebut, "Jalanan macet. Lagipula saya kan harus mengantar anak sekolah dulu." Kata seorang pegawai senior kelurahan.

Peristiwa ini tidak terjadi sehari-dua hari, tetapi telah menjadi budaya kerja dalam kantor tersebut. Para PNS sering datang terlambat, mengurusi kepentingan pribadi saat jam kerja, keluar kantor untuk keperluan pribadi, dsb. Kepala desa pernah memanggil Mas Budi ke ruangannya. Beliau menyampaikan "Mas Budi, para warga yang datang jangan dimanjalah, nanti semakin ngelunjak." Mas Budi menjawab, "Maaf, Pak. Ini kan memang tugas kita sebagai pelayan masyarakat. Kita sebagai PNS wajib melayani warga dengan baik".

Kisah pun berlanjut dan singkat cerita para warga menjadi puas atas kinerja PNS di kelurahan tersebut. Periode berikutnya jabatan kepala desa berganti orang dan Mas Budi meneruskan amanah sebagai kepala desa disana.

Ibu Febriani Emilda pun menyampaikan. Mindset PNS perlu berubah. Jika jaman kolonial dulu PNS dipandang sebagai penguasa, maka kini ia adalah pelayan. Jika dulu PNS adalah jabatan, kini ia adalah amanah. Dengan adanya mindset tersebut, maka diharapkan PNS dapat kembali kepada garis besar perjuangannya, kembali pada khittahnya. Jangan melaksanakan tugas dengan arogan, merasa hebat, merendahkan yang lain, karena sejatinya ia adalah pelayan, yang menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan, sekaligus punya amanah sebagai pemersatu bangsa.

Sesi selanjutnya adalah tentang komitmen mutu yang disampaikan oleh Bapak Sopingi. Kegiatan kali ini menanamkan pola pikir bahwa ASN perlu berkomitmen pada mutu pelayanan. Dalam istilah kita disebut Pelayanan Prima. Jepang mengistilahkan Total Quality Management (TQM). Kami berdiskusi tentang beberapa studi kasus yang ada di lapangan mengenai bentuk nyata pelayanan mutu yang dilakukan pada beberapa instansi. Terakhir, disimpulkan bahwa komitmen mutu dapat dirangkum dalam sebuah syair berikut:

KOMITMEN MUTU
oleh: Pak Sopingi

Mari
Tangan mengayun kaki melangkah
Kerja yang tekun awali basmallah
Niat ibadah hasilnya berkah
Jadilah kalian pegawai hebat

Ilmu didapat moral meningkat
Badan sehat rejeki berlipat
Lakukan karya yang bermanfaat
Prima dalam layanan masyarakat

Alhamdulillah...
---- bersambung ----
Salam,
Agus Tri Yuniawan