Mengapa Seseorang Terlihat Indah di Matamu?
Sobat, mari kita jujur sejenak. Bukankah kita semua suka pada sesuatu yang indah dipandang? Entah itu pemandangan alam saat senja, sebuah karya seni yang memukau, atau... wajah seseorang. Secara naluriah, kita akan tertarik pada ia yang kita anggap "ganteng" atau "cantik". Ada semacam magnet yang membuat kita ingin melihat lebih lama, mengenal lebih jauh.
Tapi, pernahkah kamu berhenti sejenak dan bertanya, apa sebenarnya yang membuat seseorang terlihat begitu ‘cakep’ di mata kita? Benarkah hanya karena pahatan wajah, bentuk mata, atau senyumnya semata? Jika memang tolok ukurnya hanya fisik, seharusnya semua orang akan setuju pada satu standar keindahan yang sama. Namun kenyataannya tidak, bukan?
Di sinilah kita sadar bahwa "cakep itu relatif". Dan relativitas ini punya sebuah rahasia. Ternyata, ada sebuah ‘bumbu’ tak kasat mata yang membuat seseorang terlihat jauh lebih menawan di mata kita. Bumbu itu bernama: kebaikan.
Pernahkah kamu merasakannya? Seseorang yang pada awalnya terlihat biasa saja, namun setelah kamu mengenal dan merasakan kebaikan hatinya, cara pandangmu terhadapnya perlahan berubah. Wajahnya yang tadinya biasa saja, entah kenapa kini memancarkan sejenis cahaya. Senyumnya terasa lebih hangat, tatapan matanya terasa lebih teduh. Kebaikan-kebaikan yang pernah ia lakukan padamu—perhatiannya saat kamu butuh teman bicara, pertolongannya saat kamu dalam kesulitan—semua itu menjadi kuas tak terlihat yang memoles wajahnya menjadi lebih indah dalam persepsimu.
Ada sebuah perkataan bijak "al-insan ‘abdul ihsan." Secara harfiah, artinya adalah, "manusia itu budak dari kebaikan."
"Budak" di sini bukan berarti perbudakan fisik. Ini adalah sebuah kiasan tentang keterikatan hati. Ketika seseorang terus-menerus memperlakukan kita dengan ihsan (kebaikan yang tulus), hati kita secara alami akan tertawan. Kita akan merasa "lengket", terikat oleh rasa terima kasih dan simpati yang mendalam. Kebaikan yang kita terima seolah menjadi tali yang mengikat hati kita pada pemberinya, layaknya seorang abdi pada tuannya yang pemurah.
Dan dari keterikatan hati inilah, pesona itu lahir. Kebaikan yang mereka taburkan pada kita, itulah yang menjadi ‘filter’ indah yang kita pakai saat memandang mereka. Maka, saat kita berkata, “Dia cakep,” seringkali yang kita maksud sebenarnya adalah, “Aku merasa nyaman dan tenang saat bersamanya, dan perasaan itu membuatku melihatnya sebagai sosok yang sangat indah.” Ketertarikan lahir dari rasa aman dan tentram yang ia berikan.
Jadi, sobat, jika kita bertanya lagi mengapa kita suka pada yang good looking, jawabannya menjadi lebih luas. Mungkin mata kita pertama kali tertarik pada fisik, tapi hati kitalah yang pada akhirnya memutuskan siapa yang benar-benar terlihat indah.
Karena pada akhirnya, bedak dan polesan wajah akan luntur oleh air dan waktu. Tapi kebaikan yang tulus akan terukir di hati, memancarkan cahayanya tersendiri.