Cedhak Mambu Tai, Adoh Mambu Wangi
Sobat, mungkin ini terdengar aneh, atau bahkan menyakitkan. Tapi pernahkah kamu merasa, untuk menjaga sebuah keindahan, kita justru harus menciptakan jarak? Aku pernah, dan mungkin sampai sekarang pun masih merasakannya. Aku ingin selalu mengingatmu sebagai sosok yang baik. Aku ingin setiap kali namamu disebut, yang terlintas di benakku adalah kehangatan dan hal-hal yang mengagumkan.
Dan untuk itu, Sobat, mungkin memang lebih baik kita jarang-jarang saja bertemu.
Ada sebuah pepatah yang mungkin terdengar sedikit kasar, tapi kejujurannya begitu menusuk: "Cedhak mambu tai, adoh mambu wangi." Artinya, saat kita terlalu dekat dengan sesuatu atau seseorang, kita akan mulai mencium "bau" yang tidak sedap—kekurangan, kebiasaan buruk, sisi-sisi tidak sempurna yang hanya terlihat dari jarak dekat. Namun, saat kita berada dari kejauhan, yang tercium hanyalah "wanginya"—kebaikan, prestasi, dan citra idealnya.
Ini bukanlah berarti kamu atau aku adalah orang yang buruk. Sama sekali bukan. Ini hanyalah sifat alamiah dari kedekatan. Seperti bulan yang tampak begitu indah dan bercahaya dari bumi. Kita mengagumi cahayanya yang menenangkan. Tapi jika kita bisa datang sangat dekat, kita akan melihat permukaannya yang berlubang, dingin, dan penuh bebatuan. Keindahannya yang kita nikmati adalah keindahan yang tercipta dari jarak.
Aku ingin hubungan kita seperti itu. Biarlah kita menjadi seperti dua planet yang mengorbit di tata surya yang sama. Kita tidak perlu bertemu atau bertabrakan setiap hari. Cukup sesekali, saat orbit kita sedang bersilangan, kita saling melambaikan tangan, berbagi cerita terbaik kita, lalu kembali melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam pertemuan yang jarang itu, setiap sapaan akan terasa lebih berharga. Sebuah hadiah kecil darimu akan menjadi kenangan yang kusimpan lebih lama. Cerita yang kita bagi adalah cerita-cerita besar yang telah kita saring, bukan keluh kesah remeh-temeh atau detail-detail mikro tentang hari yang buruk. Dengan begitu, yang kita lihat dan dengar hanyalah hal-hal baik dari kita masing-masing. Tidak ada ruang untuk kekecewaan kecil yang jika menumpuk, bisa mengikis rasa rispek.
Jadi, percayalah, ini bukanlah sebuah penolakan. Justru sebaliknya. Ini adalah caraku untuk menjagamu. Menjaga citra baikmu agar tetap utuh dan wangi di dalam benakku. Aku memilih untuk tidak tahu sisi lelahmu, sisi rapuhmu, atau sisi menyebalkanmu. Karena dengan begitu, kamu pun tidak akan pernah melihat sisi yang sama dariku.
Karena mungkin, cara terbaik untuk saling menghargai bagi sebagian dari kita, adalah dengan tidak terlalu sering saling memiliki. Cukup dari kejauhan, menikmati wangi kebaikan masing-masing, tanpa harus mencium bau tidak sedap yang pasti dimiliki setiap insan.
Salam,
Agus Tri Yuniawan
Agus Tri Yuniawan