Tuhan Ada Disitu
Sebuah pertanyaan besar yang seringkali membawa pada bayangan tempat-tempat yang agung dan megah. Mungkin kamu akan membayangkan-Nya hadir di keheningan masjid saat subuh, di kekhusyukan gereja di hari Minggu, atau dalam zikir panjang di sepertiga malam. Semua itu benar kok, tidak ada yang salah.
Namun, pernahkah kamu berpikir bahwa Tuhan mungkin jauh lebih dekat dari yang kamu duga? Ia tidak hanya menunggu di tempat-tempat ibadah atau momen spiritual yang terjadwal. Ia justru seringkali menyapamu dalam kesederhanaan, dalam peristiwa sehari-hari yang mungkin luput dari perhatian.
Lalu, bagaimana cara menemukannya? Kuncinya, kawan, ternyata sederhana: Niat baik yang bertemu dengan tindakan nyata.
Coba deh kamu renungkan sejenak. Spiritualitas tak melulu tentang ritual yang rumit. Spiritualitas adalah tentang bagaimana dirimu merespons kehidupan dengan hati. Sederhananya begini: ketika kamu menjumpai sebuah peristiwa, sekecil apa pun itu, lalu hatimu tergerak untuk melakukan sesuatu dengan niat yang baik, maka di situlah Tuhan hadir menyertai.
Ia hadir bukan dalam bentuk fisik yang bisa kamu lihat, melainkan dalam rasa damai, dalam kelegaan, dan dalam energi kebaikan yang mengalir dari tindakanmu.
Contoh konkretnya gini,
Misal kamu lagi di kantor. Suasana biasa saja. Lalu, matamu tak sengaja menangkap sebuah tempat sampah yang terguling di sudut ruangan, isinya sedikit berceceran. Ada dua pilihan di kepalamu: mengabaikannya karena itu bukan tugasmu, atau mengambil beberapa menit untuk membereskannya.
Kamu memilih yang kedua. Kamu punguti sampah yang tercecer dan tegakkan kembali tempatnya, hanya dengan satu niat sederhana di hati: “Biar rapi dan bersih lagi.” Bukan untuk mencari pujian, murni hanya itu.
Nah, dalam niat tulus milikmu untuk merapikan kembali sesuatu yang berantakan itulah, Tuhan ada di situ.
Contoh lain, sobat. Saat kamu dalam perjalanan pulang, kamu melihat seorang bapak tua yang motornya mogok di pinggir jalan. Ia terlihat bingung dan lelah. Lagi-lagi, ada pilihan untuk terus melaju karena kamu juga lelah, atau menepi sejenak untuk bertanya.
Kamu memilih berhenti. “Kenapa, Pak? Ada yang bisa dibantu?” tanyamu. Niatmu hanya satu: meringankan sedikit beban orang yang sedang kesusahan itu.
Dalam uluran tangan dan kepedulian yang tulus itu, Tuhan ada di situ.
Panggung-panggung kecil kehadiran-Nya ternyata ada di mana-mana, sobat. Ia hadir dalam sebuah senyuman tulus yang kamu berikan pada petugas kebersihan di kantor, kamu sapa namanya, sebuah pengakuan sederhana atas keberadaan mereka. Tuhan juga menyertai kesabaranmu saat mendengarkan keluh kesah seorang teman tanpa menghakimi, menjadi telinga yang mereka butuhkan saat itu. Kehadiran-Nya juga terasa dalam secangkir teh hangat yang kamu buatkan untuk orang di rumah yang tampak lelah, sebuah perhatian kecil tanpa perlu diminta. Bahkan di dunia maya, Ia ada dalam jemarimu yang memilih untuk menghapus chat gosip, di tengah ribuan orang yang membagikannya kesana kemari.
Semua itu adalah panggung kecil di mana Tuhan menunjukkan kehadiran-Nya. Ia hadir dalam setiap getaran niat baik yang berhasil kamu wujudkan menjadi tindakan.
Jadi, sobat, keberadaan Tuhan tak selalu ketika tanganmu menengadah ke langit. Ia hadir saat kamu mau melihat ke sekitar dan bertindak dengan hati.