Menjadi Rendah hati, Sulitkah?

Kehidupan yang kita jalani ini, kita sering kali menemukan diri kita terjebak dalam perangkap ego dan kebenaran subjektif. Ada kalanya kita merasa paling benar, melihat orang lain selalu salah, atau merasa diri paling baik, sementara yang lain tidak. Namun, kehidupan ini seperti koin dengan dua sisi - setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Untuk mengembangkan sikap rendah hati, kita perlu mengadopsi cara pandang yang berbeda, sebuah perspektif yang mengakui keunikan setiap individu, baik yang lebih muda maupun yang lebih tua dari kita.
Bersikap rendah hati itu sulit bagi sebagian orang. Namun ada cara pandang yang dapat diambil dalam situasi tersebut. Ketika berinteraksi dengan mereka yang lebih muda, cobalah untuk melihat bahwa mereka mungkin memiliki lebih sedikit kesalahan dalam pengalaman mereka. Mereka membawa perspektif segar, ide-ide inovatif, dan semangat yang belum terkikis oleh waktu. Dengan mengakui ini, kita membuka diri untuk belajar dari mereka, menghargai kebaruan pandangan mereka, dan mengingatkan diri kita bahwa belajar adalah proses seumur hidup.

Pada sisi yang lain, ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua, anggaplah bahwa mereka telah lebih duluan beriman, memiliki kebaikan yang jauh lebih banyak. Mereka telah melalui banyak musim dalam hidup, mengumpulkan kebijaksanaan dan pengalaman yang tidak ternilai. Dengan menghormati mereka, kita tidak hanya memberikan penghormatan yang pantas mereka terima, tetapi juga menyerap pelajaran berharga dari pengalaman mereka.

Sikap rendah hati bukanlah tentang merendahkan diri sendiri, melainkan tentang mengakui bahwa setiap orang yang kita temui memiliki sesuatu yang berharga untuk diajarkan kepada kita. Dengan menghormati dan belajar dari yang lebih muda dan lebih tua, kita memperkaya diri kita sendiri, memperluas wawasan kita, dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan orang-orang di dalamnya.

Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya mengembangkan sikap rendah hati, tetapi juga membangun jembatan pengertian dan empati antar generasi. Dalam setiap pertemuan, ada peluang untuk belajar, tumbuh, dan menjadi versi diri kita yang lebih baik.

Mari kita jadikan rendah hati bukan hanya sebuah konsep, tetapi praktik sehari-hari dalam interaksi kita. Dengan demikian, kita tidak hanya meningkatkan diri kita sendiri, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan di sekitar kita. Merasa diri mutlak lebih baik dari orang lain tidaklah elok. Kuncinya: aku punya kelebihan tetapi juga punya kekurangan, kamu punya kekurangan tetapi pasti juga punya kelebihan. 

Salam,
Agus Tri Yuniawan