Engkau Pantas Bahagia
Kamu sebagai anak sudah berusaha yang terbaik untuk orangtuamu, tetapi kamu masih mendapat pertentangan dari saudara-saudaramu?
atau,
Kamu sebagai seorang istri atau suami, merasa sudah memberikan yang terbaik untuk keluargmu, tetapi masih saja dianggap salah ini dan itu?
atau,
Kamu sebagai pemimpin di organisasimu, telah "rela sakit" supaya organisasi terus bertahan, tetapi terus saja di-julid-i, di-nyinyir-i, dicari salahnya sana dan sini?
atau juga,
Kamu selaku pegawai honorer, bekerja lebih rajin daripada pegawai negeri di instansimu, yang bahkan gajimu hanya sepersekian dari gaji mereka...
Intinya, kamu yang merasa telah banyak berbuat sebaik-baiknya, mengorbankan tenaga, waktu, pikiran, juga biaya, tetapi kamu belum mendapatkan keadilan,
maka sesungguhnya kamu sedang "menabung energi kebaikan". karena setiap amal usaha tak selalu memberikan hasil secara tunai saja, tetapi juga berupa tabungan energi.
A dan B adalah sama-sama karyawan di kantor X. Gaji bulanan mereka sama. Namun si B lebih rajin, lebih disiplin, lebih jujur, lebih sabar menghadapi orang-orang yang dilayani. Maka meskipun upah yang diterima setiap bulan tidak ada bedanya, tetapi si B lebih banyak menabung energi kebaikan.
So, berbuatlah sebaik-baiknya. Bekerjalah sebaik yang bisa kamu upayakan. Orientasinya bukan karena mencari pujian, dan tidak semua hal harus selalu tentang uang. Hingga ketika "tabungan"-mu sudah mencapai "batas cukup untuk bisa dicairkan", kau pun mampu merasakan bahwa seolah Tuhan berkata kepadamu "engkau pantas untuk bahagia". Dan berbahagialah.
Salam,
Agus Tri Yuniawan
reff