Pagar Kesombongan

Disklaimer: Catatan ini adalah nasihat untuk diri sendiri, bukan untuk menghakimi orang lain. 

Jikapun ada pengalaman orang lain maka untuk diambil pembelajarannya, bukan untuk menilai orangnya secara pribadi.

Setiap orang memiliki potensi untuk sombong. Orang bersikap sombong karena ada kelebihan yang bisa disombongkan, apapun itu. 

Uniknya, berdasarkan pengamatan saya beberapa orang yang memiliki kelebihan tersebut justru mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan. Dampaknya adalah terganggunya kegembiraan dan kebanggaan yang sedang dirasakan.

Contoh konkrit misalnya ada yang mulai naik daun, atau bahkan sudah diatas angin, bangga dong, sombong sedikitlah. Tiba-tiba ada aja kejadian yang memalukan yg dialaminya, atau oleh keluarganya. Akhirnya yang tadinya mau sombong tidak jadi.

Kita tahu sih bahwa setiap kejadian itu sudah ditakdirkan. Secara imajinasi kira-kira Tuhan begini, "yang boleh sombong itu Aku, kamu jangan".

Maka sekali lagi catatan ini hanya membatasi pada lingkup pengalaman tsb. Karena memang setiap satu kejadian itu bisa banyak sekali faktor yang terlibat. Okee.

Manfaat catatan ini apa? Yaitu mengetahui posisi kita. Kita ini sedang bersyukur atau sedang sombong. Lalu bisa juga mengontrol perilaku kita sendiri secara sadar. "O saya sedang demikian, kalau saya bersikap demikian ada nggak ya orang yang terdzolimi, kira-kira Tuhan bagaimana ya?".

Terakhir, adalah melatih kesadaran untuk rendah hati. Sehingga jangan sampai Dia "memaksa" kamu rendah hati. Udah, itu aja. 

Salam,
Agus Tri Yuniawan