Totalitas dan Loyalitas

Tulisan ini terinspirasi dari teman-teman solidaritas pemuda di Dusun Plempoh Padukuhan Dawung, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum masuk ke inti catatan, mari kita sepakati dulu definisi masing-masing. Totalitas artinya bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaan, maksimal, mengerahkan semua sumber daya supaya pekerjaan yang dilakukan dapat ditunaikan dengan baik. Loyalitas artinya kesetiaan, menjalankan pekerjaan dengan baik, tidak mengumbar sisi negatif lingkup pekerjaan yang dijalani. Definisi dari mana itu? Ya definisi dari KBBI, dengan tambahan seperlunya, hehe.

Penulis mengamati, beberapa orang yang melaksanakan pekerjaan secara totalitas dan loyalitas, maka ia mengalami perbaikan dalam hidupnya. Kehidupannya semakin baik, semakin mapan, baik dari segi personal maupun finansial. Uniknya, perbaikan ini seringkali justru tidak berasal dari pekerjaan yang sedang ia kerjakan, melainkan dari jalur lain.

Sebagai contoh, sebut saja Kembang, nama samaran. Ia bekerja di tempat kerja A. Memang sih, disana gajinya tidak sebesar teman-temannya yang bekerja di tempat lain. Namun dia melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Setiap pekerjaan dikerjakan dengan tuntas. Ia hampir tak pernah sambat, belum pernah terdengar ia etung-etungan, bahkan ketika harus melakukan pekerjaan di luar jam kerja.

Sikapnya tersebut tak lantas membuat gajinya naik berlipat-lipat, tetap saja segitu, karena memang tempat dia bekerja hanya mampu memberinya upah sesuai dengan perjanjian. Yang menarik adalah bahwa dia sesekali mendapat tambahan penghasilan dari luar. Ia menjadi kenal dengan banyak orang penting, dan orang-orang semakin mengenalnya sebagai orang yang baik dalam bekerja. Singkat cerita Kembang pun semakin mapan hidupnya, dan satu persatu kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Hubungannya dengan teman-teman solidaritas Plempoh adalah, seringkali mereka melaksanakan pekerjaan kampung meski sampai pagi. Misalnya gotong royong ngecor jalan, rewang di tempat hajatan, mengurusi bolo pecah, ngelas memperbaiki barang-barang sewa seperti meja, kursi, panggung, dsb. Hanya kopi, camilan, dan kebersamaan yang membuat mereka betah. Mereka tidak dibayar, tetapi mau saja melakukannya. Berkaca dari pengalaman si Kembang, penulis yakin bahwa Tuhan akan memberikan takdir terbaik bagi mereka. Mereka yang mau bekerja dengan total dan setia. 

Pada zaman digital seperti sekarang ini, dimana ilmu dapat diperoleh dari banyak sumber, tak sedikit orang memiliki kepintaran diatas rata-rata. Namun sistem kehidupan tak melulu bergantung kepada orang yang pintar saja, melainkan kepada orang yang MAU bekerja. 

Pesanku kepada Kembang-Kembang muda, teruslah jaga nilai kebaikan dirimu dalam bekerja. Tancapkan "kontrak kerjamu" kepada Tuhan, hatimu terlalu berharga untuk kecewa. Biarkan nanti takdir baik yang akan menjelma. "Don't worry, uyee", kata Tony Q Rastafara.

Salam,
Agus Tri Yuniawan