Bisa Makan adalah Prestasi

Sebulan lebih kita kerja dari rumah. Beberapa dari kita bertahan dengan baik karena memiliki logistik yang cukup, tetapi beberapa harus berjuang di luar untuk mengganjal perut yang lapar.
Makanan adalah kebutuhan dasar manusia. Tanpa makan yang cukup, manusia perlahan akan lemah dan akhirnya raga melepaskan ruhnya. Maka tanpa himbauan dan instruksi dari siapapun, aktifitas makan akan terus berjalan. Hal ini atas dasar naluri pertahanan hidup manusia.
Terkait dengan hal tersebut, penulis teringat akan salah satu ceramah ulama negeri ini. Beliau mengutip kitab Hayatis Shahabat tentang pidato Umar bin Khaththab R.A. ketika dilantik menjadi khalifah. Orang-orang menyimak dengan antusias. Mereka berharap mendengarkan visi besar, program-program yang spektakuler, rencana-rencana strategis, serta terobosan-terobosan cantik yang bakal dijalani. Namun Umar R.A. justru tidak menyampaikan hal-hal seperti yang diharapkan hadirin.

Beliau berpidato singkat dan mengatakan "Saya ini pemuda dari Bani Makhzum. Waktu kecil saya bisa makan karena bulik-bulik saya mempunyai kebun kurma. Ketika saya membantu panen, saya diberi upah kurma beberapa biji. Dengan itulah saya bisa hidup."

Melalui pidato tersebut, kita bisa mengambil hikmah bahwa bisa makan merupakan prestasi. Maka Umar R.A. mengingatkan bahwa nikmat tertinggi bukan ketika menjadi khalifah, melainkan saat kecil beliau bisa makan. Karena kalau tidak bisa makan maka mati.

Belajar dari hal tersebut, maka kebanyakan manusia modern menjadi angkuh karena menghitung nikmat hanya yang besar-besar. Padahal sehari ini bisa makan sehingga badan sehat itu merupakan nikmat yang luar biasa. Maka sesungguhnya tidak perlu menunggu memiliki mobil mewah, rumah megah, jabatan mentereng, untuk kita anggap sebagai nikmat. Terlebih pada situasi pandemi seperti ini. Bisa makan adalah prestasi yang perlu kita apresiasi. Semoga dengan mensyukuri nikmat ini, Tuhan menurunkan berkah kekuatan sehingga kita semua bisa melalui situasi ini dengan elegan. Amin.
Salam,
Agus Tri Yuniawan