Belajar dari Time Line

Time Line adalah garis waktu. Saat kita mengedit video, file-file potongan video menempati suatu area yang disebut time line. Kita bisa menyunting bagian-bagian video pada satuan waktu tertentu seperti menit dan detik. Pada konteks media sosial, time line adalah halaman yang menampilkan postingan dari waktu ke waktu. Semua cerita terkumpul disana sejak pertama kali posting hingga terakhir.

Setiap manusia juga memiliki garis waktu. Sambung menyambung sampai diberhentikan oleh ajal. Yang ingin penulis sampaikan pada catatan singkat ini adalah bahwa hal-hal yang terjadi dalam garis waktu bisa berubah. Hal ini layaknya seorang editor yang bebas mengubah potongan video, ingin disambung adegan apa pada detik dan menit tertentu, kemudian semua terangkai menjadi satu film yang utuh. Tuhan pun Mahakuasa mengubah cerita manusia dari waktu ke waktu. Tuhan Mahatahu sedangkan kita tidak.

Time line mengajarkan kita untuk berlaku bijak, untuk tidak mudah menjustifikasi orang lain. Demikian karena apa yang terjadi besok belum tentu sama dengan yang diucapkan saat ini. Dalam hal ekonomi, kedudukan sosial, jabatan, semua bisa berubah. Pun demikian dalam hal keimanan. Bisa jadi saat ini kita beriman, tapi belum tentu iman ini awet sampai akhir hayat, demikian juga dengan iman orang lain yang mungkin saat ini masih tipis, bisa saja mendapat hidayah dan mati husnul khatimah. Siapa yang tahu?, dan sudah banyak pengalaman-pengalaman terdahulu kalau kita mau mengambil pelajaran.

Garis waktu juga mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam mengucap dan bersikap. Kata orang Jawa, "kabeh uwong ki urung karuan", setiap orang itu, ya kita-kita yang awam ini, belum pasti bagaimana keadaannya esok hari. Lantas mengapa begitu ngotot dengan sesuatu yang belum jelas kepastiannya?, sedangkan kondisi hati per menit per detik saja kadang masih gampang berubah. Maka "wong arep mbengok wae kudu ditoto", orang harus berfikir dulu dengan baik sebelum berucap, bahkan sebelum nge-gass sekalipun.

Namun sehati-hatinya manusia sangat mungkin pernah bersalah. Kesalahan-kesalahan terdahulu menjadikan manusia untuk berbenah. Membenahi hati, membenahi kata, membenahi sikap. Setelah sekian garis waktu dilalui, ia pun menjadi lebih bijak. Menyandarkan setiap episode yang akan terjadi kepada Tuhan yang Mahamengatur. Mengupayakan skenario terbaik dengan harapan kisah indah yang terjadi. Selamat belajar dari time line kehidupan, semoga sehat selalu.

Salam,
Agus Tri Yuniawan