Gerbang-Gerbang Kebaikan adalah Cinta, Pintu-Pintu Kerusakan adalah Nafsu

Teman-teman, apa yang kalian pikirkan ketika membaca judul tersebut? Tentang hubungan dua insan manusia? Itu benar, tetapi yang lebih tepat adalah tentang nuansa kehidupan yang telah Allah buat berpasang-pasangan.

Sebagaimana tulisan terdahulu yang berjudul Cintailah, Maka Ia Terlihat Indah, maka setiap sesuatu akan nampak indah jika dilandasi rasa cinta. Sebaliknya, tanpa itu maka semua akan nampak salah adanya.

Seorang yang hendak mencalonkan diri sebagai pemimpin, jika ia meletakkan dasar cinta kepada negara dan rakyat yang akan dipimpinnya, maka dalam tugasnya nanti insyaa Allah ia dapat menunaikan dengan amanah. Itu kalau jadi. Seandainya tidak jadi pun, maka hal itu tidak menghilangkan rasa rasa cinta terhadap negara. Ia tetap bersikap baik terhadap sesama manusia.

Sebaliknya, jika proses pencalonan sudah didahului dengan rasa ambisi dan nafsu kekuasaan yang mendominasi, maka yang muncul adalah sikut kanan dan kiri agar hajatnya tercapai. Jika sudah tercapai, bisa dipastikan hajat hidup rakyat banyak tidak menjadi prioritas. Jika tidak tercapai, ia menciptakan situasi yang kurang menyenangkan ditengah kehidupan bangsa sendiri.

Jangan dikira cinta itu identik dengan (maaf) "klemak-klemek", rangkaian bunga dan alunan biola, dan segala nuansa baper lainnya. Cinta juga bisa memukul, memukul mundur seseorang/ sesuatu yang berupaya mengganggu yang dicinta. Cinta bisa menyebabkan darah dan keringat berlumuran, manakala ada yang berani-berani mendzolimi yang dicinta.

Cinta menumbuhkan kepercayaan. Cinta membangkitkan kekuatan, kesehatan, dan cinta merupakan bukti bahwa seseorang disebut beriman. Maka tak salah jika Mbah Hasyim memunculkan jargon hubbul wathan minal iman, cinta tanah air adalah bagian dari iman. 

Itulah kebaikan-kebaikan yang bermunculan atas dasar rasa cinta. Yang sebenarnya kita juga bisa mengambil i'tibar dari hubungan dua insan manusia. Jika dua orang menjalin hubungan dengan dilandasi rasa cinta, maka sesuatu yang mengikutinya adalah kebaikan-kebaikan. Timbulnya pernikahan, lahirnya keturunan-keturunan yang dikehendaki, pemenuhan nafkah, saling menjaga nama baik, dan banyak lainnya.

Sebaliknya jika hanya nafsu yang ada, maka yang muncul adalah perzinahan, perkosaan, pelecehan, lahirnya anak yang tidak dikehendaki ibunya, tindakan kriminal, dan lain sebagainya.

Maka melandasi sesuatu dengan rasa cinta adalah hal yang penting. Hal inilah yang perlu ditanamkan pada anak-anak kita, adik-adik kita, dan ditumbuhkan dalam diri kita semua. 

Cinta melahirkan naluri-naluri kebaikan dalam hubungan terhadap sesama, dalam upaya menjaga keutuhan negara, dan dalam proses perjumpaan kita kepada Yang Maha Kuasa.

Salam,
Agus Tri Yuniawan