STATUS FESBUK
Status fesbuk bukan ukuran mutlak menggambarkan keadaan seseorang yang sesungguhnya. Oleh sebab itu disebut dunia maya, not real. Kalau pengen nyata ya datangi orangnya, tanya teman-teman, tetangga terdekatnya.
Status medsos bisa juga merupakan keadaan yang sebenarnya sedang diinginkan oleh yang menulis, atau bisa juga keadaan yang sebenarnya dimana tanggapan, masukan, komentar bahkan pujian sedang diinginkan penulis. Jika terbesit mengharap pujian, barangkali kalau dari kacamata agama ini disebut riya’, dan ini halus sekali, lebih halus dari kulitnya centini, maka sering digambarkan bahwa ini ibarat semut hitam yang sedang nangkring di batu hitam pada malam hari.
Namun ya tidak semua di generalisir seperti itu, karena setiap status tergantung tujuan dituliskannya status tsb, sekali lagi, tergantung niat si penulis., lagi, selalu ada latar belakang yang mendasari dituliskannya sebuah status. Yang paling tahu adalah diri si penulis sendiri, pembaca sekadar membaca saja dan selebihnya mungkin menilai, “o…. ini lagi galau, o… ini lagi seneng, o…. dia orang pinter, o…. dia begini begitu, dosa ini, wah alim itu, banyak pahala, dll dll”.
Ya, kita berhak menilai, namun yang perlu disyukuri adalah hanya Tuhan yang satu-satunya berhak menghakimi, sehingga tidak ada yang namanya panitia pahala ataupun panitia dosa. Tuhan memberikan akal dan nurani agar kita memiliki kebijaksanaan sebagai manusia, tetapi kebijaksanaan yang sebenarnya tetap hak prerogative-Nya.
Seperti halnya saya nulis status ini, tujuan yang utamanya adalah diri sendiri, selebihnya jika ada manfaat buat pembaca, Alhamdulillah. Sekali lagi niat itu halus banget, tapi besar penilaiannya di hadapan Tuhan. Bisa saja saat saya nulis status ini pun ada intervensi setan yg membisikkan dalam dada.
Sebagaimana kita baca dalam literatur bahwa setan memiliki 5 anak, yang masing-masing memiliki spesialisasi masing-masing. Ada yang spesialis sholat, spesialis gosip, dll dll, dengan berbagai strategi dan tipu dayanya. Namun tipu daya mereka amat lemah, ya, sekali lagi amat lemah.
Status facebook yang bervariasi, kita bisa memilih yang bermanfaat. Yang bermanfaat adalah yang menambah ilmu. Jika ilmu bertambah, diharapkan kebijaksanaan juga bertambah. Karena ilmu yang sudah dimiliki, bukan untuk menghakimi satu sama lain.
Yang merasa memiliki ilmu lalu merendahkan, menyakiti, menghakimi yang lain, berarti perlu dikoreksi. Sekalipun yang direndahkan, disakiti dan dihakimi merupakan kenyataan. Namun toh sesama manusia memiliki hak yang sama untuk dihormati, sesama manusia memiliki rasa yang sama, apalagi sesama muslim. Perlu di stabilo, bahwa menjatuhkan kehormatan sesama Muslim adalah dosa yang besar dihadapan Tuhan.
Yang saya tulis sekedar menambah wawasan saja. Benang merahnya adalah dalam menilai sesuatu, perlu melihat hal-hal disekitarnya, menjaga dalam menyampaikan perkataan, karena setiap orang memiliki kadar toleransi yang berbeda, melihat dengan wawasan yang luas, karena variabel-variabel dalam kehidupan itu sangat banyak. Wallahu a’lam, Tuhan Maha lebih tahu.
Udah, Cuma mau nulis itu aja. Happy Friday, Jumat berkah.
Salam,
Agus Tri Yuniawan