BERSATU LAWAN TERORIS

Teman-teman tolong diingat, tidak semua teroris bertugas di lapangan, ada juga yang bertugas di media sosial. Caranya:
  1. Ada yang membuat dan menyebarkan postingan-postingan yang sifatnya mengadu domba antar umat beragama.
  2. Ada yang mendesain komunikasi visual dengan membuat gambar meme yang menebarkan kebencian, kekacauan, dan rasa takut.
  3. Ada yang membuat desain gambar serupa poin nomor 2, tetapi dikhususkan pada pemimpin negara yang menjabat saat ini. Gambar-gambar dan video yang ada di buat khusus untuk memanfaatkan orang-orang yang tidak suka dengan pemerintah.

Dengan bermodalkan rasa tidak suka, tetapi tidak mempunyai kemampuan desain komunikasi visual, maka orang-orang tersebut merasa "nemu hal yang pas" manakala disuguhkan gambar-gambar atau video yang mengejek dan mengolok-olok pemerintah. Maka (maaf) budaya latah pun otomatis bekerja. Share...share...dan share.

Penulis tidak menuduh orang per orang, karena bisa jadi hal ini dialami oleh teman sendiri, keluarga sendiri, atau bahkan diri kita sendiri. Mari introspeksi dan saling mengingatkan.
Maka mari perkuat doa kita. Jangan menghina dan merendahkan siapapun, apalagi pemimpin. Ikut menyebarkan hinaan, olokan, dan cacian pada pemimpin sama halnya membantu para teroris. Sesuai dengan namanya, mereka ingin membuat "chaos" atau suasana kacau di tanah air kita ini. Jika rakyat menjadi benci dengan pemimpin, maka teroris mudah menggulingkan pemerintahan. Jika hal yang demikian terjadi, maka mungkin kita dan anak cucu kita perlu berjuang lebih keras layaknya saudara kita di Palestina, atau bahkan kembali seperti perjuangan pra kemerdekaan.

Yang terakhir, mari share informasi-informasi positif. Jika memang tidak suka dengan pemerintahan, doakan kebaikan. Sistem kehidupan membuktikan bahwa jika sudah tidak suka, maka selalu saja ada kesalahan-kesalahan yang di blow up. Semua serba tidak benar. Akhirnya timbul ejekan, olokan, dan makian. Pun demikian halnya nanti dengan pemimpin terpilih 2019, pasti juga akan diejek, diolok, dan dimaki orang. Maka kalian pilih yang mana? Yang dicatat dalam buku catatan amal sebagai orang yang mengolok-olok atau tertulis dalam buku catatan amal sebagai orang yang mendoakan?
Maka logika sederhana nya, jika ikut share ejekan, olokan, dan makian, minimal tidak mendapat pahala. Tetapi jika ikut mendoakan minimal mendapat pahala.

Yang terakhir banget, jangan mau kita diminta share hal-hal negatif yang telah mereka buat, meskipun sekilas hal-hal itu berasa lucu. Anak SD pun bisa kalau cuma share-share yang demikian. Tetapi kita kan bukan anak SD. Kita adalah orang yang berpendidikan, yang menginginkan kebaikan di tanah air tercinta ini, Indonesia. Maka mari bertaqwa kepada Allah. Semoga kita diberikan keberuntungan dan kemenangan.

Salam,
Agus Tri Yuniawan