Mendapatkan Lebih Mudah Daripada Menjaga


Di HP saya ini ada 29 grup whatsapp, yang dibuat oleh teman-teman saya dan banyak diantaranya yang chat terakhir itu 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun yang lalu, alias tidak pernah lagi digunakan untuk posting termasuk adminnya, dan grup-grup tersebut akhirnya ....... sepi.

Begitu juga hidayah. Hidayah bukanlah sesuatu yang jika sudah didapat, maka akan permanen dan selamanya hinggap. Hidayah bukanlah sebagaimana ukiran diatas batu, yang tidak akan pernah pudar selamanya. Sebagaimana ada sahabat yang hijrah, bahkan sampai hijrah 2 kali untuk menyelamatkan akidahnya, tetapi ternyata ditempat hijrahnya banyak berinteraksi dengan orang-orang yang menyembah bukan kepada Allah SWT, akhirnya sahabat tersebut murtad.

Ada siswa yang ketika lulus sekolah/kuliah kemudian merantau ke kota untuk melanjutkan pendidikan/bekerja. Dari desa dia seorang yang rajin beribadah, dan dikenal sebagai orang yang taat. Kemudian di kota dia tinggal di kos yang lingkungannya tidak lebih baik daripada di desanya, akhirnya sedikit demi sedikit dia hanyut dalam lingkungan yang kurang baik.

Bahkan tertulis Sabda Rasulullah, ada diantara kita yang beramal dengan amalan penduduk surga (amalan baik), sampai seolah-olah jarak antara dirinya dan surga hanyalah sejengkal saja, sejengkal saja, tidak 1 meter, tidak 1 kilometer, tidak 1 tahun cahaya, tetapi cuma sejengkal saja, 'sak kilan thok' kata orang Jawa, tetapi ternyata qadarullah dia melakukan amalan penduduk neraka, sehingga pada akhirnya dia dimasukkan kedalam neraka.

Hal ini menjadi nasihat buat saya khususnya, dan teman-teman semua pada umumnya, jangan berbangga diri. 'Wah saya sudah ke masjid, wah saya sudah bisa berjilbab syar'i, wah saya sudah berangkat pengajian, dll dll', lantas kita membenci teman kita, tetangga kita, yang belum pergi ke masjid, yang belum berjilbab, yang belum berangkat pengajian. 

Maka sesungguhnya jika seperti itu kemudian saya berfikir, jangan-jangan teman kita, tetangga kita, yang belum pergi ke masjid, itu dikarenakan saya jarang bahkan sama sekali tidak pernah mendoakannya, sama sekali belum menyampaikan ilmu kepadanya, dan malah kalau bertemu mungkin saya ndak pernah menyapa atau sekedar senyum kepadanya. Maka dari perkara mana petunjuk dapat sampai kepada teman kita dan tetangga kita itu?

Saya pernah mendapati langsung bertanya, 'mbah, kenapa tidak pernah ke masjid?' maka jawaban tersebut sampai saat ini masih membekas di ingatan saya meski bertahun-tahun berlalu, dijawab kepada saya 'apa kamu ndak lihat itu le, ada itu orang yang yang rajin ke masjid, jengkang-jengking (maksudnya rajin shalat), tetapi dia sama ibunya ngenengke (mendiamkan dalam jangka waktu yang lama)'. 

Maka dari itu, jika ada teman, tetangga, teman kuliah, yang belum pergi ke masjid, atau bahkan yang agamanya Islam tetapi jarang sholat, atau teman kampus yang tidak pernah kajian, jangan dibenci, jangan dihujat, jangan dicela. Maka kemudian marilah berintrospeksi, sudah berapa sering kita mendoakannya?, sudahkah kita menyampaikan ilmu kepadanya? Sudahkah kita menunjukkan AKHLAK yang baik kepadanya? Sesungguhnya teman kita, tetangga kita yang memiliki iman dalam hatinya sekalipun belum sholat, belum ke masjid, belum mengaji, itu lebih berhak kita sayangi, lebih berhak kita hormati dan menjaga perasaannya. 

Jangan kita menepuk dada karena sudah baik, sudah rajin shalat, sudah rajin ke masjid, sudah rajin kajian, ikut ROHIS, ikut PMII, sudah bisa nulis status kayak gini dll dll, kemudian kita membenci teman, tetangga yang belum bisa seperti itu. Maka ketahuilah, bisa jadi kita tidak istiqomah dalam hal itu semua, dan bisa jadi tetangga kita, teman kita tersebut mendapatkan hidayah dari Allah yang dengan hal itu akhirnya mengantarkannya ke surga. 

Ustad di desa saya mengatakan, bahwasanya jalan kebaikan ini penuh onak dan duri. Teman saya pun yang merasakan hal tersebut pernah berkata kepada saya, kita ini hidup di zaman fitnah, bahkan mau berbuat baik saja suliiiiiit.

So akhirnya, menjaga hidayah itu jauh lebih sulit daripada mendapatkannya. Untuk menjaga hal itu, kehadiran sahabat-sahabat yang baik sangat kita butuhkan untuk menemani, mendampingi dan menguatkan. Karena manfaat sahabat-sahabat yang baik tersebut tidak hanya kita rasakan di dunia, tetapi bersama mereka pula kita akan saling mencari satu sama lain kelak di akhirat.

Selamat Pagi :)


Salam,

Agus Tri Yuniawan


Sumber Gambar: nextren[dot]grid[dot]id