Ibadah Secara Berjama'ah
Abdullah bin Al-Mubarak berkata, "Pada suatu masa ketika selesai pergi haji, aku tertidur di Masjidil Haram. Tiba-tiba aku bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit, lalu yang satu bertanya:
'Berapa banyak orang berhaji tahun ini?'
'Enam ratus ribu orang.'
'Berapa banyak yang diterima?'
'Tidak seorang pun yang diterima, kecuali seorang tukang sepatu di Damsyiq yang bernama Muwaffaq. Dia tidak jadi berhaji, tetapi hajinya diterima, sehingga semua yang berhaji tahun ini diterima berkat diterimanya haji Muwaffaq itu.' (Budi Prayitno, Spiritual Tipping Point, Bandung: Mizania, 2008. hlm: 60)
Ini adalah salah satu sudut pandang wajibnya ibadah-ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah. Salah satunya adalah ibadah sholat fardhu berjamaah di masjid. Inilah yang paling dekat dengan keseharian kita. Selain aspek spiritual yakni diterimanya ibadah, sholat berjamaah di masjid salah satunya juga memberikan terapi sosial bagi yang menjalankannya.
Di masjid berjumpa dengan tetangga, teman-teman dan orang lain, sehingga dengan seringnya berjumpa, maka ketika berjumpa lagi di tempat lain maka komunikasi akan lebih cair, karena memiliki rasa yang lebih dekat. Beda dengan ketika jarang berjumpa, atau berjumpa ketika ada perlu saja, tentu rasanya beda. Terapi sosial juga didapat ketika kumpul-kumpul di pos ronda, di perempatan jalan kampung, ketika ambil jimpitan, saat di angkringan dll, dan ini memang perlu, karena suatu saat kita pasti membutuhkan bantuan teman-teman dan tetangga.
So, teman-teman yang diperkotaan, di kos, di perantauan, atau teman-teman yang di desa tetapi waktunya banyak teralokasi untuk kegiatannya, terapi sosial dengan sholat berjamaah di masjid adalah cara yang paling tepat, karena selain berjumpa dengan tetangga sekitar, ini juga berpahala. :-)
Salam,
Agus Tri Yuniawan
Sumber Gambar: hidayatullah[dot]com