MEMAHAMI DENGAN BERFIKIR
Mengetahui konsep itu penting. Apalagi yang berkaitan dengan konsep diri dan sebagai umat beragama maka kaitannya dengan konsep aqidah. Konsep diri menjadikan orang mengenal dirinya sendiri, konsep aqidah menjadikan ia kenal dan benar dalam menjalankan agama.
Ada kisah tentang teman saya sesama guru SLB. Dia sangat semangat mengajar, dan semangat berbagi nasihat agama (baca: berdakwah). Sering di WA sharing materi-materi agama, sharing artikel, audio. Saya sendiri juga sering diberi nasihat, "hati-hati, antum harus begini, begitu, jangan belajar sama ustad itu, sama yang ini saja, belajar disana sama ustad-ustad terpercaya, tinggalkan saja guru itu, tapi kalau sama syaikh ini boleh, dst ...dst... dan kosakata yang digunakan pakai yang arab-arab, 'antum', 'ana', dsb... tidak seperti dulu lagi dengan panggilan 'mas', 'njenengan', 'aku',.... dsb…
Singkat cerita setelah beberapa bulan, teman saya ini kok udah nggak kirim WA lagi, nggak broadcast BBM lagi kayak dulu. Iseng kusapa, "mas, gimana kabarnya, kok lama nggak share nasihat lagi?" dibalas "baik mas, ini aku malah bingung mas, masih bimbang, dan condong ke guru-guru yang dulu".
Inilah pentingnya memahami konsep. Konsep diri, konsep aqidah. Dijaman yang banyak petasan seperti sekarang. Apakah teman saya tadi salah? Oh, menurut saya tidak. Karena dia sedang berproses, bertumbuh. Hanya saja yang digarisbawahi adalah: 'bagaimana jika ada orang-orang/ saudara, yang merasa tersinggung atau tersakiti selama proses itu berlangsung?'.
Maaf yo mas kalau baca tulisan iki, tak skrinsut percakapannya, tp uda ku sensor kok, soalnya muatan pembelajarannya keren. Matur nuwun mas.
Udah...mau nulis itu aja.
Salam,
Agus Tri Yuniawan