Aku dan Kamu Unik

Setiap orang itu unik. Jadi gabisa dibanding-bandingkan. Dia punya kemampuan dalam 1 hal, tapi juga ga bisa ngelakuin hal lainnya. Nah, kita pun juga gitu.

Hal yang kita anggep gampang, bisa jadi sulit bagi orang lain, apapun itu. Maka kalau memandang orang dengan ukuran kita, ada 2 kemungkinan. Bisa over expected bisa juga mengecewakan.

Orang lain pun memandang kita terhadap kebiasaan yang kita tunjukkan. Dari situ muncullah interpretasi maupun penilaian. Hal ini tidak dibangun dari sekali dua kali berhubungan, melainkan akumulasi dari sekian banyak interaksi yang terjadi, dengan menyaksikan gejala yang nampak maupun nuansa yang dirasakan.

"Core" nya apa dari topik ini? Yakni kesadaran. Setelah mengetahui bahwa setiap orang adalah unik, maka aku bisa memilih dengan sadar, kapan perlu berinteraksi dengan siapa, aku memilih akrab dengan siapa, dan mengapa aku perlu ngobrol dengan siapa.

Karena tidak bisa diperbandingkan, setiap orang punya peran menurut kapasitasnya masing-masing. Alih-alih memperbandingkan, yang bisa dilakukan adalah kolaborasi. Baby boomer mengajarkan kebijaksanaan, milenial memadukannya dengan teknologi kekinian, gen-z bekerja sat-set dan membuka telinga untuk nasihat yang diperlukan. Kolaborasi antargenerasi ini bagus untuk terus memperbesar peran yang masing-masing dapat dilakukan.

Aku unik, demikian juga kalian. Dengan fitrah yang kita miliki masing-masing, mari terus berperan, menebar kemanfaatan.

Salam,
Agus Tri Yuniawan