Catatan Latsar: Hari Kedelapan (bagian 1)

Selasa, 9 Juli 2019. Kegiatan pagi seperti biasa yakni shalat subuh berjamaah, olahraga, sarapan dan apel pagi. Selanjutnya ada tiga agenda singkat dan satu agenda besar pada hari ini. Agenda singkat yang pertama adalah Ceramah MTSL Keistimewaan Ngayogyakarta. Kegiatan ini disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Soetaryo, Sp.A (K). Sebelum memberikan ceramah, pengajar memberikan pretes kepada peserta latsar. Beberapa hal yang ditanyakan pada pretes tersebut adalah mengenai kemampuan kami menulis Aksara Jawa, pengetahuan umum mengenai keistimewaan DIY, dan sejarah keistimewaan DIY. Sesi ini berlangsung selama satu setengah jam hingga pukul 09.30 WIB.

Pukul 10.00 WIB hingga ashar, kami melanjutkan sesi Kesiapsiagaan Bela Negara. Sesi ini masih dipandu oleh Sertu Sugiyono. Pada kesempatan ini, kami sebagai ASN diajak untuk memiliki mental terbuka menerima perbedaan. Kami diingatkan kembali dengan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila adalah dasar negara. Ia menjadi pondasi sebuah bangunan yang menampung aneka ragam suku, agama, budaya, bahasa, dan ras yang ada di Indonesia.

Sesi singkat yang ketiga adalah Ceramah MTSL Transformasi ASN dalam Kedudukan dan Perannya di NKRI. Pada kesempatan ini, kepala BKD DIY, Raden Agus Supriyanto, SH., M. Hum, menyampaikan empat poin penting kepada kami. Poin pertama adalah ASN perlu memiliki kompetensi yang baik sesuai bidang masing-masing. Beliau menyadari, peserta latsar bisa menjadi seperti saat ini karena lolos seleksi SKD dan SKB. Namun demikian, dalam pelaksanaan kerja tentu tidak hanya kecerdasan intelegensi, tetapi juga memerlukan kompetensi yang baik. Oleh karena itu sebaiknya dalam proses seleksi nampaknya perlu juga dilaksanakan uji kompetensi berupa wawancara. Namun rupanya pemerintah cuma melaksanakan ujian CAT saja. Meskipun demikian, hal ini bukan tanpa alasan, karena ujian wawancara berpotensi menimbulkan subyektifitas. Oleh karenanya melalui latsar inilah para peserta ditempa agar semakin meningkatkan kompetensi di bidang masing-masing.

Poin yang kedua adalah agar ASN memiliki human relation yang baik. Tidak hanya IQ, ASN perlu memiliki keterampilan membangun hubungan dengan orang perorang dalam ruang lingkup tugas pokok dan fungsinya. Poin ketiga adalah membangun kepercayaan. Sebagai ASN, tentu derajat dan statusnya akan meningkat di lingkungan masyarakat. Yang dahulu biasa saja, kini dilibatkan dalam berbagai kegiatan penting. Ibarat kata "Sabdo pandito ratu", pendapat dan pemikirannya pun akan dinanti dalam setiap urusan masyarakat apalagi dalam persoalan strategis.

Poin yang terakhir adalah ASN harus belajar terus. Hal ini cocok dengan coretan penulis yang berjudul "Meraih Status ASN Adalah Prestasi?". Oleh karenanya, ASN perlu sekolah lagi. Yang baru sarjana kuliah lagi S2. Yang dokter perlu sekolah lagi spesialis. Terus seperti itu hingga tingkat yang lebih tinggi dari sekarang. Sekolahnya dengan cara ijin belajar.

Selanjutnya, keempat poin itulah yang dapat merevolusi pola pikir. Mindset harus berubah menjadi lebih baik. Pintar saja tidak cukup, tetapi ASN juga perlu memiliki etika, menjaga perilaku dan penampilan. Hal inilah yang diperlukan untuk turut menjaga dan mengawal NKRI.

Akhirnya, tibalah pelaksanaan agenda besar pada hari ini yaitu caraka malam. Bagaimana keseruan pengalamannya? Akan kita sambung pada catatan latsar hari kedelapan bagian 2.


---- bersambung ----

Salam,
Agus Tri Yuniawan