DIBALIK MEMAAFKAN

 photo Untitled-1_zpsl9aebvu8.pngAlhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah SAW.


Di bulan syawal ini, umat Islam merayakan Idul Fitri yang artinya kembali berbuka setelah sebulan berpuasa Ramadhan. Setelah menunaikan shalat ied, masyarakat berbaur untuk bermaaf-maafan. Ada yang saling bermaafan di lapangan ada juga yang keliling kampung door to door sembari bersilaturahim. Berbagai macam hidangan dan cemilan pun nampak rapi berjajar di meja untuk menyuguh tetangga dan tamu yang datang. Pada momen ini, uniknya, untuk kesekian kalinya orang yang lebih tua mengakui kesalahan, “aku wong tuwo sing akeh lupute… dst..dst”, tetapi itu tentu diawali dari yang lebih muda untuk meminta maaf. Ada apa dengan peristiwa memaafkan tersebut? Inilah yang hendak penulis ulas pada kesempatan ini.


Sudut Pandang Agama


Memaafkan artinya memberi maaf kepada orang lain atas kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja dan telah ataupun mungkin menggores hati. Dalam sudut pandang agama, ada banyak sekali pembahasan mengenai memaafkan ini. Namun disini penulis memilih satu diantaranya. Dalam riwayat diceritakan kepada sahabat bahwa ada seseorang yang disebut Rasulullah SAW sebagai calon penghuni syurga. Selanjutnya sahabat penasaran lalu meminta ijin kepada orang yang disebut sebagai calon penghuni syurga tersebut untuk tinggal 3 hari di rumahnya. Tujuannya adalah, sahabat ingin tahu amalan apakah yang begitu istimewa sehingga Rasulullah SAW menyebutnya sebagai calon penghuni syurga. Setelah 3 hari, sahabat tidak menjumpai amalan unik pada orang tersebut. Akhirnya dengan berterus terang sahabat bertanya, “Amalan apakah yang membuat Rasulullah menyebutmu sebagai calon penghuni syurga?”, lalu orang tersebut menjawab, “Amalanku adalah biasa saja sebagaimana ibadah-ibadah yang biasa kita semua lakukan, dan engkau pun telah menyaksikannya. Namun aku juga selalu memaafkan orang lain sebelum aku tidur.”

Demikian tersebut salah satu yang berkaitan dengan kegiatan memaafkan. Dalam agama, memaafkan orang lain dapat mengantarkan orang untuk mendapatkan ridho Tuhan, Allah SWT, yang mana dengan ridho tersebut orang bisa masuk syurga. 


Sudut Pandang Psikologi


Bahwa memang setiap orang memiliki kecenderungan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Namun terkadang jalinan hubungan tersebut terganggu akibat gesekan-gesekan psikis sehingga orang harus minta maaf dan memaafkan. Ahli psikologi mengategorikan perilaku memaafkan ini dalam 3 yaitu: REVENGE, yang berarti sulit memaafkan karena masih ingin menuntut balas dendam. AVOIDANCE, yaitu masih ingin menjaga jarak dulu. POSITIVE RESPONSE, yang berarti sudah memiliki keinginan untuk berdamai. Jadi proses memaafkan ini terjadi jika (1) keinginan untuk menuntut telah nol, (2) sudah tidak ada keinginan menjaga jarak lagi, (3) sudah ingin merasa lebih damai. Jika yang 3 tersebut telah dilalui, maka selesailah proses memaafkan.

Dengan demikian, memaafkan itu perlu tahapan-tahapan, dan setiap orang memiliki ritmenya masing-masing. Sebagaimana luka fisik, dari proses berdarah-darah, lalu luka mengering diikuti gatal-gatal, dan akhirnya sembuh total. Begitu juga memaafkan, hal ini prosesnya natural, senatural sembuhnya luka fisik. Jadi, seandainya manusia merasa tersakiti oleh orang lain, tahap awal manusia harus jujur pada diri sendiri, bahwa perasaannya memang terluka. Jangan berpura-pura bahwa baik-baik saja. Jika belum bisa memaafkan dan perlu menjaga jarak, maka jujurlah pada diri sendiri bahwa belum bisa memaafkan dan perlu menjaga jarak dulu. Telah banyak orang yang terluka batinnya dan larut dalam kepura-puraan itu, dan hasilnya, proses memaafkannya menjadi lama, karena orang tersebut juga ‘bertempur’ dengan dirinya sendiri. Jadi memang dalam proses memaafkan itu terdapat tahapan-tahapan, dan kecepatan setiap orang berbeda-beda dalam menjalaninya, dan ini alami.


Sudut Pandang Kesehatan


Memaafkan akan membuat orang lebih tenang dari sebelum memaafkan. Efek tenang tersebut karena produksi hormon kortisol dalam tubuh berkurang dari berlebih menjadi normal. Sebagaimana kita tahu, hormon kortisol menjadi berlebih ketika tubuh sedang dalam keadaan stress atau depresi. Jika berlebihan, hormon ini memiliki efek merusak bagi tubuh. Selain hormon kortisol yang menjadi normal, maka dihasilkan pula hormon serotonin, yang membuat tubuh menjadi nyaman dan rileks.

Selain sistem hormon, peredaran darah juga terpengaruh. Maksudnya adalah, orang yang sulit memaafkan, pendendam, maka memiliki kecenderungan tekanan darah tinggi. Jika hal ini dibiarkan, maka berakibat kerja jantung menjadi lebih berat. Tidur tidak nyenyak, makan kurang merasa nikmat. Jika diterus-teruskan, maka tubuh tidak bisa menopang hidup lagi.

Demikianlah 3 hal dibalik proses memaafkan. Ya Tuhan, semoga engkau menjadikan aku pemaaf terhadap diriku sendiri dan terhadap orang lain. Selamat Idul Fitri, semoga Allah menerima amal ibadahmu dan ibadahku. Aamiin.


Salam,
Agus Tri Yuniawan

Sumber Gambar: Aplikasi Sparkol